REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar tengah mengembangkan aplikasi layanan kesehatan. Nantinya, masyarakat Jabar dapat konsultasi masalah kesehatan melalui aplikasi, yang rencananya, bernama ADA.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti, aplikasi ADA saat ini sudah dibuat. " Insya Allah launching 2 bulan ke depan," ujar Berli kepada Republika.co.id, Ahad (19/1).
Berli mengatakan, aplikasi ini pembuatnya adalah programer dari luar negeri. Yakni, dari Inggris. Bentuknya, kerja sama dengan Pemprov Jabar jadi tak menggunakan anggaran APBD.
"Bentuk pasti kerja samanya seperti apa belum tahu. Tapi, yang jelas tak pakai APBD," katanya.
Menurut Berli, aplikasi itu sendiri sesuai data base informasi yang sudah diinputkan. Yakni, ada sekitar 100.000-an kondisi penyakit. Untuk sementara, yang ada dalam aplikasi tersebut adalah penyakit yang paling sering menjadi keluhan masyarakat.
"Dan itupun terbatas sakit-sakit ringan. Kalau yang dicontohkan Pak Gubernur misalnya sakit kepala," katanya.
Setelah diluncurkan nanti, kata dia, masyarakat bisa mengunduh aplikasi inidi smartphone secara gratis. Aplikasi ini pun, dibuat terinspirasi dari kunjungan Gubernur Jabar Ridwan Kamil ke luar negeri.
"Jadi terinspirasi saat beliau berkunjung ke luar negeri," katanya.
Aplikasi ini, kata dia, sudah berhasil tentunya di negara yang IT nya sudah canggih. Yakni, hampir semua negara di Eropa, Amerika, dan Australia.
"Harapannya ADA ini dapat mengurangi beban fasilitas kesehatan, dan beban masyarakat sehingga tak perlu harus selalu periksa ke dokter," katanya.
Dengan kata lain, menurut Berli, ia berharap dengan aplikasi ini bisa mendorong kemandirian masyarakat atau istilahnya “selfcare”. Karena, kalau masyarakatnya mandiri, berarti tujuan pelayanan publik sudah tercapai.
"Sebagaimana upaya kesehatan perorangan melalui metode selfcare tersebut, selalu ada pesan di penutup pemakaian aplikasi ini dengan kalimat 'jika sakit berlanjut hubungi dokter'," katanya.