REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas kesehatan China akan memberlakukan langkah-langkah karantina ketat untuk menghentikan penyebaran virus corona. Jumlah korban meninggal akibat virus tersebut diketahui telah meningkat menjadi sembilan orang.
"Berbagai otoritas lokal, departemen pemerintah, dan lembaga medis dapat melakukan pemindaian secara legal untuk pasien demam serta melakukan perawatan terisolasi dari kasus yang dikonfirmasi atau diduga, serta perawatan terisolasi dan pengamatan medis dari orang lain dalam kontak dekat dengan orang-orang itu," kata direktur tanggap darurat kesehatan di Kementerian Kesehatan Cina Xu Shuqiang pada Rabu (22/1), dikutip laman South China Morning Post.
Menurut Xu, langkah-langkah pengendalian lebih ketat lainnya dapat mencakup mobilisasi darurat personel, material, kendaraan, dan membangun fasilitas isolasi serta blokade di area epidemi. Hal itu guna memastikan terlaksananya perawatan darurat.
Pada Selasa (21/1) lalu, Komisi Kesehatan Nasional Cina telah meningkatkan virus corona menjadi penyakit menular kelas B. Dengan klasifikasi tersebut, warga dilarang melakukan perjalanan ke, dari, dan di dalam kota yang menjadi pusat wabah, yakni Wuhan.
Kendati demikian, langkah penanggulangan dan pengendalian yang diterapkan pada virus corona baru adalah untuk penyakit kelas A. Artinya, setiap ada infeksi harus dilaporkan dalam waktu dua jam dan dipantau.
China telah menunjuk Zhong Nanshan memimpin gugus tugas untuk menangani penyebaran virus corona Wuhan. "Saat ini saya tidak berpikir (fasilitas) karantina telah dilaksanakan dengan cukup menyeluruh," ucapnya.
Menurutnya, fasilitas karantina memang perlu menjadi prioritas utama. "Saat ini tak ada obat yang efektif untuk pengobatan jenis virus corona baru ini," kata Zhong.
Jumlah korban meninggal akibat virus corona di China bertambah menjadi sembilan orang. Virus tersebut telah menginfeksi 440 orang yang tersebar di 13 provinsi di Negeri Tirai Bambu.