REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lebanon mengumumkan pembentukan pemerintahan baru pada Selasa lalu. Namun, pemerintahan baru ini tidak diterima oleh warga setempat sehingga aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan terjadi di jalan-jalan di Beirut.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu, petasan, dan rambu-rambu jalan ke polisi anti huru hara. Polisi menembakkan meriam air, gas air mata, dan peluru karet untuk membubarkan para demonstran yang berkumpul di jantung ibu kota dekat pintu masuk utama parlemen. Para pengunjuk rasa mengatakan, pemerintah baru terdiri dari orang-orang yang sama yang telah mereka lawan sejak 17 Oktober.
"Kami ingin pemerintah bekerja sesuai dengan kebutuhan kami. Kabinet lama yang kami tentang sedikit lebih baik daripada pemerintahan sekarang yang satu warna," ujar seorang pengunjuk rasa, Mohammed, menggambarkan kabinet baru yang didukung oleh Hizbullah dan sekutunya.
Para pengunjuk rasa menyerukan reformasi besar-besaran dan sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh para teknokrat independen. Mereka menginginkan pemerintahan yang dapat menangani krisis ekonomi yang telah melumpuhkan Lebanon dan korupsi yang meluas.
Para pengunjuk rasa menolak anggota dari elit politik saat ini, yang telah memerintah Lebanon sejak berakhirnya perang saudara pada 1990. Mereka dianggap bertanggung jawab atas krisis ekonomi negara itu.
"Mereka masih mencuri dari kita. Kita tidak punya listrik, kita tidak punya rumah sakit, dan kita mati kelaparan. Revolusi tidak lagi damai, kami memberi mereka kesempatan selama 30 tahun," ujar Mohammed dilansir Aljazirah, Kamis (23/1).
Lebanon telah tanpa pemerintah yang efektif sejak Perdana Menteri sementara Saad Hariri mengundurkan diri pada Oktober tahun lalu. Ia mundur akibat tekanan dari protes terhadap korupsi negara dan akar penyebab krisis.
Perdana Menteri Hassan Diab yang baru ditunjuk berjanji akan berusaha untuk memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa. Dia juga mengatakan kabinetnya akan mengadopsi metode keuangan dan ekonomi yang berbeda dari pemerintah sebelumnya.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Diab dibentuk pada Selasa setelah kelompok Hizbullah yang didukung Iran beserta sekutunya menyetujui pembentukan kabinet berisi 20 pakar. Diab dicalonkan oleh Hizbullah dan sekutu-sekutunya pada bulan lalu. Para pengunjuk rasa bersikeras hanya para teknokrat independen yang dapat menyelamatkan negara mereka dari krisis.
"Ini omong kosong, mereka bermain-main dengan kita. Mereka adalah orang yang sama dengan wajah berbeda," ujar seorang pengunjuk rasa Stephanie.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menentang Diab. Beberapa pengunjuk rasa melemparkan ranting-ranting pohon di atas pagar yang menjadi pembatas antara mereka dengan pintu masuk parlemen.