REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika secara diam-diam berencana mengalokasikan sebagian dari pendapatan pajak warganya sebesar 50 juta dolar untuk pengadaan kondom. Alat kontrasepsi itu rencananya akan disisipkan dalam berbagai paket bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza Palestina.
Kota Gaza dikenal berpenduduk padat. Dengan luas daerah 360 kilometer persegi, kota tersebut dihuni lebih dari 2,1 juta penduduk. Setiap hari tercatat ada 180 angka kelahiran di sana. Jumlah yang tinggi. Meski angka kelahiran tinggi, angka kematian ibu dan bayi di sana terbilang rendah. Anak-anak tersebut tumbuh menjadi sumber daya insani yang membangun ekonomi daerah.
Sejumlah peneliti Barat seperti Randall menilai kelahiran dan ibu di Gaza dan Palestina pada umumnya adalah anomali. Sebab angkanya tinggi, kematiannya rendah.
Bukan tidak mungkin ada upaya menekan angka kelahiran di sana untuk mengurangi gerakan perlawanan terhadap Palestina. Sebab Israel dan pendukungnya kualahan mengadapi gerakan perlawanan Palestina, baik Tepi Barat maupun Gaza.
Bagaimana kelanjutan program tersebut?
Gedung Putih membenarkan pembekuan bantuan luar negeri AS. Hal itu dilakukan dengan menunjuk adanya program senilai 50 juta dolar untuk mendistribusikan kondom di Jalur Gaza. Juru bicara Gedung Putih Caroline Levitt mengatakan bahwa perjanjian ini ditemukan pada pekan pertama Trump menjabat sebagai presiden, terutama oleh Kementerian Efisiensi Pemerintahan baru yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk.
Levitt menambahkan dalam konferensi pers pertamanya bahwa inisiatif Musk dan kantor anggaran “menemukan bahwa 50 juta dolar uang pembayar pajak akan dialihkan untuk mendanai kondom di Gaza.” “Ini adalah pemborosan uang pembayar pajak yang tidak masuk akal,” tambahnya.