Jumat 24 Jan 2020 12:58 WIB

Berkonflik dengan Masyarakat, Harimau Sumatra Ditampung TWNC

TWNC memiliki fasilitas Tiger Rescue.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi (tengah) didampingi Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Selatan Martialis Puspito (kiri) dan perwakilan TWNC Hanna Lilies (kanan), menandatangani serah terima relokasi harimau dari Muara Enim ke Tambling Wildlife Nature Conservation Lampung.
Foto: Dok. Ist
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi (tengah) didampingi Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Selatan Martialis Puspito (kiri) dan perwakilan TWNC Hanna Lilies (kanan), menandatangani serah terima relokasi harimau dari Muara Enim ke Tambling Wildlife Nature Conservation Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG - Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) menampung Harimau Sumatra yang diduga terlibat konflik dengan masyarakat Talang Tinggi, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan pada akhir Desember tahun lalu. Harimau tersebut sempat diburu karena diinstruksikan untuk ditangkap hidup atau mati.

Namun, harimau tersebut tertangkap di Desa Pelakat, Kecamatan Semende Darat Ulu, Muara Enim, pekan lalu, TWNC langsung menjadi rencana lokasi evakuasi. Proses pemindahan ini dilakukan oleh tim TWNC dibantu pihak-pihak terkait pada Rabu (22/1) lalu.

 

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, TWNC yang terletak di Tambling Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, merupakan tempat terbaik untuk mengamankan harimau tersebut. “Saya sangat mengapresiasi tim yang berhasil mengamankan Harimau Sumatra yang meresahkan masyarakat, khususnya di Sumatra Selatan. Harimau itu dievakuasi ke Tambling karena di sana ada fasilitas memadai,” kata Arinal.

 

Dia mengatakan, harimau pada prinsipnya tidak ingin menyerang manusia. Namun ia khawatir, jika sudah mengetahui rasa daging manusia, harimau tersebut akan mencari manusia lagi. 

 

“Kita punya Taman Nasional Bukit Barisan di wilayah Tambling yang habitatnya bisa memenuhi persyaratan hidup harimau. Kita berharap, harimau itu bisa menemukan kehidupan di Gunung Denpo lebih baik,” ujarnya.

 

Harimau ini diterbangkan ke TWNC dengan menggunakan pesawat Casa. Koordinator Translokasi TWNC Drh. Sadmoko menyatakan, pihaknya sudah sangat siap menerima harimau dengan layar belakang apapun. Termasuk, harimau yang pernah berkonflik dengan manusia. Dia mengatakan, saat ini harimau tersebut sedang menjalani masa observasi.

 

Hewan bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu terlihat stres berat. Menurut Sadmoko, hal ini sangat wajar karena sang harimau mengalami perpindahan tempat melalui kontak yang sangat intens dengan manusia.

 

"Kami beri dia babi hidup juga tidak diapa-apakan. Nafasnya masih cepat jadi ini akan kami amati dan observasi," ujar dokter hewan tersebut.

 

Jika menjadi 'penghuni tetap' TWNC, maka dipastikan pemeliharaan harimau tersebut akan menyerap biaya tinggi. Namun itu tak mencemaskan mengingat TWNC yang dikelola oleh yayasan nirlaba Artha Graha Peduli (AGP) berada di bawah payung Artha Graha Group (AGG).

 

Sepengalaman TWNC yang sudah beberapa kali melakukan pelepasliaran harimau, biaya pemeliharaan dari sejak awal masuk Rescue Tiger hingga dilepaskan ke alam bebas bisa mencapai Rp 3,2 miliar. Biaya tersebut mencakup tiga komponen utama yakni, mobilisasi (pemindahan harimau), perawatan (berdurasi dua tahun), dan pelepasanliaran (ketika harimau dinilai layak untuk hidup di alam liar).

 

"Kami menerima harimau ini dengan senang hati, karena memang sangat peduli terhadap populasi Harimau Sumatra, sehingga penyelamatan harimau pasti kami mau dan ini merupakan amanah yang sangat besar yang kami harus jaga dan harus lakukan sebaik mungkin, tidak boleh sampai gagal," kata perwakilan Manajemen TWNC Hanna Lilies di kawasan konservasi TWNC di Pesisir Barat, Jumat (24/11).

 

Hanna mengatakan, konflik antara satwa liar dan manusia sering kali terjadi karena daerah jelajah dan habitat terganggu akibat penebangan liar dan pembukaan lahan.

 

Oleh karena itu, ia melanjutkan, pemulihan dan pelestarian hutan habitat satwa liar sangat penting dalam upaya mencegah konflik manusia dengan satwa liar.

 

"Dengan menjaga lingkungan, memahami keberadaan harimau, menjaga kelestarian, dan tidak mengganggu wilayahnya. Cara ini membuat harimau tidak mungkin akan masuk lagi ke permukiman dan berujung menyerang manusia," kata Hanna.

 

"Ayo mulai dari sekarang jangan pernah mengganggu dan merusak hutan. Karena banyak satwa yang masih dilindungi terganggu bila kita merusak ekosistemnya, sehingga jumlah populasi harimau sumatera yang ada kian berkurang," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement