REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perhimpunan masyarakat Cina yang berbasis di Paris, Prancis, membatalkan sebuah pawai Tahun Baru Imlek menyusul adanya penyebaran virus corona. Sebelumnya, Prancis mengkonfirmasi tiga orang warga Cina di Paris terinfeksi virus corona.
"Saya telah bertemu komunitas Cina di Paris. Mereka merasa sangat emosional dan risau, juga memutuskan untuk membatalkan pawai yang dijadwalkan siang ini di Place de la Republique," kata Wali Kota Paris Anne Hidalgo pada Stasiun Radio Europe 1, Ahad (26/1).
"Merasa tidak merasa pas untuk merayakan pesta saat ini," ujar Hidalgo.
Sebelumnya pada Sabtu (25/1), Kota Bordeaux di bagian barat daya Prancis juga membatalkan pesta meriah perayaan Tahun Baru Imlek yang sudah direncanakan. Hal itu dilakukan untuk membatasi risiko infeksi virus corona, serta menunjukkan dukungan moril untuk para korban wabah di China, menurut sang wali kota.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dokter dari rumah sakit di Paris menyatakan dua dari tiga warga asal Cina di Prancis, yang terinfeksi virus corona datang ke negara itu tanpa menunjukkan gejala terinfeksi virus tersebut.
Pada Jumat, Prancis mengonfirmasi tiga kasus pertama virus corona di Eropa, dengan dua pasien dirawat di Paris dan satu lagi di Bordeaux. Dua pasien di Paris adalah pasangan dari Cina yang tiba di bandara pada 18 Januari tetapi tidak menunjukkan gejala. Hingga tanggal 19 dan 23 Januari, masing-masing menunjukkan gejala terinfeksi virus n-Cov.
"Mereka tidak menunjukkan gejala ketika mereka naik pesawat," kata kepala penyakit menular di rumah sakit Paris Bichat, Yazdan Yazdanpanah dilansir Reuters, Ahad (26/1).
Sementara pasien ketiga yang dirawat di Bordeaux adalah seorang pria Cina berusia 48 tahun yang bekerja di industri anggur Prancis. Ia diketahui telah naik pesawat dari Wuhan ke Belanda dan memasuki Prancis dari sana.
Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn mengatakan bahwa lelaki itu telah memasuki Prancis pada 22 Januari, dan pertama kali berkonsultasi dengan dokter mengenai gejalanya pada 23 Januari. Kemudian dia didiagnosa terinfeksi virus pada 24 Januari.
"Sejauh ini tidak ada kasus baru, namun beberapa orang sedang dipantau," kata Buzyn.
Kementerian Luar Negeri Prancis pada Jumat, berencana membuka layanan bus bagi warga Prancis yang masih terjebak di Wuhan. Selain itu, pihak kementerian juga tengah mencari opsi terbaik untuk mengeluarkan warga negara Prancis di Wuhan.
Penyebaran virus yang kian masif juga memicu kekhawatiran dari masyarakat. Di Paris, dilaporkan angka penjualan masker meningkat, bahkan beberapa apotek kehabisan stok masker wajah. "Sudah seperti ini sejak pagi ini, bahkan beberapa orang histeris," kata seorang apoteker di Paris.
Hingga hari ini, pemerintah China menyebut korban meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona mencapai 56 orang, dengan total 1.975 orang terinfeksi.