Selasa 28 Jan 2020 17:37 WIB

Dokter Hewan Temukan Sampah Plastik di Perut Penyu Ini

Nelayan menyerahkan penyu kepada Mundo Marino Foundation untuk dirawat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Tim dokter hewan dari grup konservasi Mundo Marino Foundation menemukan berbagai sampah plastik di dalam perut seekor penyu hijau.
Foto: Mundo Marino Foundation
Tim dokter hewan dari grup konservasi Mundo Marino Foundation menemukan berbagai sampah plastik di dalam perut seekor penyu hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Tim dokter hewan dari grup konservasi Mundo Marino Foundation menemukan berbagai sampah plastik di dalam perut seekor penyu hijau. Hingga beberapa pekan setelah penyelamatannya, penyu masih mengeluarkan kotoran yang mengandung plastik.

Penyu tersebut tertangkap jaring nelayan di perairan sekitar Buenos Aires, Argentina, pada 29 Desember 2019. Nelayan menyerahkan penyu kepada Mundo Marino Foundation untuk dirawat. Saat itulah, tim dokter hewan tercengang mendapati kondisi penyu.

Baca Juga

"Melalui radiografi, kami bisa melihat ada banyak benda asing di dalam perutnya. Kami memulai perawatan dengan obat yang meningkatkan gerakan peristaltik saluran pencernaan dan membuat semuanya keluar," kata salah satu dokter, Ignacio Peña.

Tim khawatir masih banyak plastik dalam jumlah besar tersangkut di saluran pencernaan satwa tersebut. Hampir sebulan terakhir, lebih dari 13 gram bagian tas nilon, jaring, dan bermacam-macam sampah plastik keluar dari perut penyu.

Peña mengatakan, penyu itu kini dalam kondisi yang kian membaik. Setiap hari penyu memakan dedaunan hijau, terutama selada dan rumput laut. Hanya saja, masih banyak penyu hijau alias Chelonia mydas di alam bebas yang rentan.

Ini bukan pertama kalinya Mundo Marino Foundation menjumpai penyu laut dalam kondisi menyedihkan. Sebelum penemuan penyu itu, ada dua penyu dari spesies sama yang mengalami hal serupa. Seekor telah mati dan seekor lainnya menjalani perawatan.

Spesies langka yang masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) tersebut menghadapi banyak ancaman. Selain degradasi habitat akibat pengembangan pantai, penyu sangat rawan terdampak polusi plastik.

Penyu laut yang sudah dewasa adalah herbivora mutlak, namun penyu remaja sering menjadi karnivora atau omnivora. Penyu muda yang belum berpengalaman kerap salah mengira kantong plastik mengambang di laut sebagai ubur-ubur, salah satu makanan favorit mereka.

Tentu saja plastik merusak sistem pencernaan penyu. Sebuah studi pada 2018 menemukan bahwa penyu yang memakan sepotong plastik berpeluang 22 persen untuk mati. Jika memakan 14 potong plastik, risiko kematian meningkat hingga 50 persen.

Pakar biologi sekaligus manajer konservasi Mundo Marino Foundation, Karina Álvarez, menjelaskan bahwa konsumsi plastik menyebabkan penyu kenyang, tetapi secara bertahap melemahkan. Akumulasi unsur-unsur non-nutrisi mengganggu kemampuan bertahan hidupnya.

"Akumulasi organisme plastik berpotensi menghasilkan sejumlah besar gas yang mempengaruhi kemampuan penyu berenang, menyelam, mencari makanan, dan menemukan suhu air yang sesuai," kata Álvarez, dikutip dari laman IFL Science.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement