REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Otoritas kesehatan China, Sabtu (1/2), menyatakan jumlah kematian akibat wabah virus corona telah meningkat menjadi 259 orang.
Provinsi Hubei, pusat epidemi corona tetap berada di bawah karantina ketat.
Di tengah kekhawatiran bahwa virus itu dapat menyebar lebih jauh ke luar negeri, Amerika Serikat mengumumkan langkah-langkah untuk membatasi masuknya warga negara asing yang baru-baru ini berada di China. Ketiga maskapai utama AS juga mengatakan pada hari Jumat (31/1) bahwa mereka akan membatalkan penerbangan ke China daratan.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk China, Gauden Galea mengatakan, pembatasan perdagangan dan perjalanan tidak diperlukan. "Kami ingin negara-negara untuk fokus pada upaya mitigasi mengidentifikasi kemungkinan membawa kasus dan menanggapi setiap wabah domestik," kata Galea, Sabtu (1/2).
Sekitar lebih dari dua puluh negara telah melaporkan kasus virus yang dikonfirmasi, tetapi sebagian besar dari mereka yang terinfeksi tetap berada di China.
Qantas Airways Ltd dan Air New Zealand mengatakan larangan perjalanan internasional telah memaksa mereka untuk menangguhkan penerbangan langsung mereka ke China mulai 9 Februari.
Hampir 10 ribu penerbangan telah ditangguhkan sejak merebaknya virus corona di China, menurut perusahaan perjalanan dan analisis data Cirium. Banyak negara telah melakukan penerbangan charter khusus untuk memulangkan warga dari China.
Menurut Kementerian Kesehatan Korsel, lebih dari 300 warga Korea Selatan tiba di rumah pada Sabtu (1/2) dengan penerbangan charter kedua dari China dan telah dipindahkan ke sebuah fasilitas di mana mereka akan diisolasi selama dua minggu. Tujuh orang dalam penerbangan menunjukkan gejala dan segera dikirim ke rumah sakit.