Ahad 02 Feb 2020 20:01 WIB

Abu Dis, Ibu Kota Palestina Versi Donald Trump

Abu Dis menjadi lokasi situs suci tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi.

Rep: Rizky Jaramaya/Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Wanita Palestina berkumpul di dekat rumahnya yang hancur di selatan Jalur Gaza, Senin (13/1). Memasuki musim dingin warga Palestina harus berjuang melawan hawa dingin yang akan mecapai puncaknya pada bulan ini.
Foto: Mohamed Salem/Reuters
Wanita Palestina berkumpul di dekat rumahnya yang hancur di selatan Jalur Gaza, Senin (13/1). Memasuki musim dingin warga Palestina harus berjuang melawan hawa dingin yang akan mecapai puncaknya pada bulan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Abu Dis digadang-gadang menjadi ibu kota Palestina dalam rencana perdamaian Timur Tengah yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Abu Dis terletak di sebelah timur Old City, Yerusalem dan menjadi rumah bagi situs-situs suci tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi.

Abu Dis milik kegubernuran Palestina di Yerusalem. Namun, Palestina hanya memiliki area luar yang ditetapkan oleh Isrel setelah berhasil merebutYerusalem Timur dari Yordania pada 1967. Abu Dis memiliki sebuah bangunan besar yang sebelumnya diharapkan dapat menjadi tempat bagi parlemen Otoritas Palestina. Aula itu kini terbengkalai dan tidak digunakan lagi setelah jatuhnya proses Perdamaian Oslo dan pecahnya Intifada Palestina kedua atau pemberontakan sekitar dua dekade lalu.

Baca Juga

Sejak saat itu, warga Palestina di Abu Dis telah terpisah dari lingkungan Yerusalem ke barat. Mereka dibatasi oleh tembok beton tinggi yang dibangun Israel untuk menghentikan pelaku bom bunuh diri dan orang-orang bersenjata memasuki kota Yerusalem.

Dalam rencana perdamaian Timur Tengah yang diumumkan Trump, AS menyatakan bahwa tembok penghalang itu akan berfungsi sebagai perbatasan atara ibu kota Palestina dan Israel. Trump mengatakan, Yerusalem tetap menjadi ibu kota Israel yang tak terbagi.

"Ibu kota kedaulatan Negara Palestina harus berada di bagian Yerusalem Timur yang terletak di semua wilayah timur dan utara dari tembok pembatas keamanan, termasuk Kafr Aqab, bagian timur Shuafat dan Abu Dis, dan dapat dinamai Al Quds atau nama lain yang ditentukan oleh Negara Palestina," ujar Trump.

Pembagian wilayah tersebut membuat Israel menguasai bukit di jantung Old City atau yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Har ha-Bayit atau Temple Mount. Sementara, bagi umati Islam wilayah itu dikenal sebagai al Haram al Sharif atau The Noble Sanctuary.

Tempat paling suci bagi umat Yahudi itu adalah rumah bagi kuil-kuil kuno Yahudi dengan tembok yang dibangun oleh Herod the Great. Tembok itu dikenal sebagai Tembok Barat yang merupakan tempat bagi orang Yahudi untuk memanjatkan doa.

Sementara, di atas dataran tinggi terdapat dua tempat suci bagi umat Islam yakni Masjid al Aqsa dan Dome of the Rock, yang dibangun pada abad ke-8. Bagi umat Islam dua tempat itu adalah situs paling suci ketiga setelah Mekah dan Madinah.

Sehari setelah Trump mengumumkan bahwa Abu Dis akan menjadi ibu kota Palestina di masa depan, banyak penduduk setempat yang mencemooh ide tersebut. Seorang warga Abu Dis, Mohammed Faroun mengatakan, ibu kota Palestina adalah Yerusalem. Sementara, penduduk lain yang menolak menyebutkan namanya menegaskan bahwa Yerusalem adalah sejarah bagi bangsa Palestina.

"Yerusalem menceritakan kisahnya sendiri, setiap batu menceritakan tentang sejarahnya. Itu tidak pernah tentang Israel atau Amerika, itu adalah Palestina, Islam, dan Arab," ujar penduduk tersebut.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, sangat mustahil bagi anak-anak Palestina, Arab, Muslim, atau Kristen untuk menerima sebuah negara tanpa Yerusalem. Warga Palestina menginginkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka di masa depan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement