REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menerima tawaran bantuan dari Amerika Serikat (AS) dalam menangani wabah virus corona. China mengizinkan para pakar kesehatan AS sebagai bagian dari upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membantu memerangi virus corona yang menyebar dengan sangat cepat.
Gedung Putih mengatakan, pada Senin (3/2), China telah menerima tawaran bantuan dari para pakar AS sebagai bagian dari misi WHO untuk mempelajari, dan membantu memerangi virus corona. Kasus kematian akibat virus itu semakin melonjak. Televisi pemerintah China melaporkan ada 2.345 kasus baru dan 64 kematian lainnya. Dengan demikian, total kematian mencapai 414.
Sebelumnya, China menuding AS telah menyebarkan ketakutan dengan melakukan evakuasi warganya dan memberlakukan pembatasan perjalanan sangat ketat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan, WHO telah menyarankan agar negara-negara lain tidak melakukan pembatasan perdagangan dan perjalanan.
"Washington tak henti-hentinya menyebarkan kepanikan. Justru negara-negara maju seperti Amerika Serikat dengan kapabilitas dan fasilitas pencegahan epidemi yang kuat, telah memimpin dalam memaksakan pembatasan berlebihan yang bertentangan dengan rekomendasi WHO," ujar Hua.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menangguhkan masuknya warga negara asing yang telah mengunjungi China dalam 14 hari terakhir. Direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernafasan CDC, Nancy Messonnier mengatakan, pembatasan perjalanan yang diterapkan di AS merupakan langkah untuk mencegah masuknya virus corona.
"Kami membuat keputusan yang agresif di depan, karena ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahwa tindakan yang sekarang dilakukan memiliki potensi terbesar untuk memperlambat penyebaran virus. Itulah teorinya," ujar Messonnier.
Warga Amerika yang mengunjungi Provinsi Hubei akan dikarantina selama 14 hari saat memasuki AS. Hubei merupakan tempat awal mula virus corona menyebar. Sementara, warga AS yang melakukan perjalanan ke kota lain di daratan China akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan diminta untuk melakukan karantina sendiri selama 14 hari.
WHO mengatakan sedikitnya 151 kasus telah dikonfirmasi di 23 negara dan wilayah lain, termasuk Jepang, Thailand, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Wabah virus corona mengingatkan pada Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), sebuah virus yang muncul di China pada 2002 dan menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia dari sekitar 8.000 yang terinfeksi.