REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Langkah pemerintah untuk melakukan observasi warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, China di hanggar militer Natuna, Kepulauan Riau, merupakan keputusan yang tepat. Pernyataan itu diungkapkan dokter spesialis mikrobiologi Fera Ibrahim.
"Menurut saya, apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah tepat. Karena yang kita tahu dari pengalaman rekan-rekan di China, virus ini dimungkinkan penularannya lewat droplet atau kontak langsung dengan objek-objek yang ada di sekitarnya," kata konsultan virologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu dalam diskusi tentang 2019 novel Coronavirus (2019- nCoV) di Depok, Selasa (4/2).
Droplet adalah partikel air dari mulut atau liur yang dihasilkan ketika batuk dan bersin. Sejauh ini, kata dokter RS Universitas Indonesia itu, penularan 2019-nCov antar manusia terjadi akibat droplet orang yang positif terinfeksi virus tersebut.
Dari pengamatan kasus yang terjadi selama ini, penularan terjadi dalam jarak yang dekat dan bukan melalui udara. Observasi menunggu inkubasi virus yang dilakukan terhadap ratusan WNI itu sudah tepat karena mengurangi potensi infeksi. Menurutnya infeksi juga bisa terjadi dengan kontak objek yang terkena droplet.
Karantina lebih baik dibandingkan jika observasi di atas kapal perang yang tertutup. Dengan ruangan di hanggar yang lebih luas dan terbuka maka bisa terjadi pengenceran dari konsentrasi droplet.
Virus 2019-nCov atau virus Corona saat ini sudah menewaskan 425 orang per 4 Februari dan menginfeksi hampir 20 ribu orang. Virus Corona dapat ditemukan di kelelawar dan 2019-Cov dari analisis materi genetiknya dekat dengan yang ada di kelelawar, meski proses penularan dari hewan ke manusia masih tetap diselidiki oleh para peneliti di seluruh dunia.
"Kita mencari tahu dulu sumber virusnya ada di mana, ada di kelelawar. Dari kelelawar melalui apa sehingga bisa menular ke manusia. Itu masih dalam investigasi, belum ada kepastian melalui apa," kata Fera.