Rabu 05 Feb 2020 21:21 WIB

ITB Ahmad Dahlan Gelar FGD Bahas Industri Tembakau

Kegiatan ini dilaksanakan menyikapi kebijakan pemerintah tentang kenaikan cukai rokok

Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) menggelar kegiatan FGD lintas sektoral dan kolaborasi riset dengan tema “Industri tembakau perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (optimalisasi fungsi cukai)”. Kegiatan ini diadakan di The Bellevue Suites Hotel Pondok Indah mulai Rabu (5/2) dan berakhir Jumat (7/2).
Foto: ITB Ahmad Dahlan
Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) menggelar kegiatan FGD lintas sektoral dan kolaborasi riset dengan tema “Industri tembakau perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (optimalisasi fungsi cukai)”. Kegiatan ini diadakan di The Bellevue Suites Hotel Pondok Indah mulai Rabu (5/2) dan berakhir Jumat (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui Center Of Human And Economic Development (CHED) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) menggelar kegiatan FGD lintas sektoral dan kolaborasi riset dengan tema “Industri tembakau perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (optimalisasi fungsi cukai)”. Kegiatan ini diadakan di The Bellevue Suites Hotel Pondok Indah mulai Rabu (5/2) dan berakhir Jumat (7/2).

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyikapi kebijakan pemerintah tentang kenaikan cukai rokok yang telah ditetapkan dan berlaku pada 1 Januari 2020 begitu pula untuk cairan rokok elektrik (vape). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2019, cukai vape akan naik sebesar 25 persen dari harga yang berlaku sekarang. Saat ini cukai cairan vape dikenakan sebesar 57 persen dari harga jualnya. Berangkat dari situlah memunculkan berbagai prespetif dari berbagai sudut pandang yang akan dikupas oleh fasilitator yang ada di atas.

Dalam kesempatan ini, hadir Dr. Ir. Mochammad Fadjroel Rachman, M.H. selaku Juru Bicara Presiden Joko Widodo sebagai keynote speaker. Hadir juga sebagai pembicara, Dr. Mukhaer Pakkanna (Rektor ITB AD), Dr. Faisal H. Basri, S.E., M.A. (Pengamat Ekonomi & Politik), dan Prof. Dr. Fachry Ali, M.A., (Pengamat Ekonomi).

Dalam sambutannya, Dr. Mukhaer Pakkanna selaku Rektor ITB-AD mengatakan sejatinya, selain sumber dana dari tarif cukai tembakau, pemerintah dan DPR RI harus bekerja keras menambah objek cukai, tidak sebatas tiga produk/obyek. Di Thailand dan Kamboja sebagai misal, jumlah objek yang kena cukai mencapai 16 barang, Laos 10 objek, Myanmar 9 objek, dan Vietnam 8 objek.

photo
Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) menggelar kegiatan FGD lintas sektoral dan kolaborasi riset dengan tema “Industri tembakau perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (optimalisasi fungsi cukai)”. Kegiatan ini diadakan di The Bellevue Suites Hotel Pondok Indah mulai Rabu (5/2) dan berakhir Jumat (7/2).

Bahkan, beberapa negara telah mengenakan cukai pada klub malam dan diskotik serta perjudian, antara lain Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Sementara Malaysia, hanya mengenakan cukai untuk perjudian.

“Oleh karena itu, legislatif harus berjuang keras merevisi UU No 39 Tahun 2007 tentang Cukai. Besarnya potensi dan obyek cukai di Tanah Air itu, sejatinya tidak membuat Pemerintah kelimpungan dalam menambal defisit BPJS dan mengorbankan hak rakyat terhadap akses kesehatan yang adil,” kata Mukhaer pada Rabu, (5/2), seperti dalam siaran persnya.

Mukhaer melanjutkan selain mengekstensifikasi objek cukai, juga banyak klausul yang memberi ruang bagi industri rokok raksasa melakukan transaksi ekonomi politik, salah satunya bunyi pasal 5 ayat 4. Bahwa penentuan besaran target penerimaan negara dari cukai pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan alternatif kebijakan Menteri dalam mengoptimalkan upaya mencapai target penerimaan, dengan memperhatikan kondisi industri dan aspirasi pelaku usaha industri.

“Klausul ini aneh, karena beberapa negara lain keterlibatan industri rokok itu dibatasi, sementara di Indonesia sebaliknya, diminta diperhatikan,” tegas Mukhaer.

Sementara, Dr. Ir. Mochammad Fadjroel Rachman, M.H. selaku Juru Bicara Presiden Joko Widodo dalam pemaparannya mengapresiasi Muhammadiyah yang tetap istiqomah berada di jalan yang lurus dengan fatwa majelis tarjih Muhammadiyah tahun 2010 dan pada tahun 2020.

“Alhamdulillah, nampaknya pejuang anti rokok ini makin besar, makin berkembang dan ini juga yang menjadi kekaguman saya. Seperti ITB Ahmad Dahlan yang membicarakan rokok didasarkan penelitian dan data. Saya pikir itu yang terpenting makanya dihari ini menjadi penting karena semuanya bicara bukan berdasarkan emosi dan bukan berdasarkan suka dan tidak suka, tetapi berdasarkan penelitian dan data,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan, “Pemerintah berupaya mendengarkan semua pihak karena inilah salah satu cara yang dikerjakan oleh pemerintah dalam mengambil keputusan. Sehingga menjadi penting buat kami mendengarkan apa yang dibicarakan, apa yang menjadi riset dan apa yang didiskusikan menjadi masukan dan rekomendasi buat kami untuk bisa mengembangkan lebih jauh”.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa hubungan industri tembakau dan kesehatan masyarakat menjadi salah satu pembahasan yang juga disampaikan kepada pemerintah dalam beberapa diskusi.

photo
Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD) menggelar kegiatan FGD lintas sektoral dan kolaborasi riset dengan tema “Industri tembakau perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia (optimalisasi fungsi cukai)”. Kegiatan ini diadakan di The Bellevue Suites Hotel Pondok Indah mulai Rabu (5/2) dan berakhir Jumat (7/2).

Roosita Meilani Dewi selaku Kepala CHED ITB-AD saat dimintai keterangan menyebutkan tujuan dari kegiatan ini ada dua, pertama dalam kegiatan workshop dan kedua dalam kepentingan kolaborasi riset.

“Kegiatan workshop sendiri bertujuan untuk membangun kesepahaman dan pengendalian tembakau di Indonesia dari perspektif investasi dan pertumbuhan ekonomi nasionaldan merekomendasi bersama pengendalian tembakau dalam perspektif ekonomi untuk pemerintah. Sedangkan kolaborasi riset dilaksanakan dalam rangka penguatan riset dari hulu sampai hilir industri tembakau di Indonesia dan juga kolaborasi riset pertembakauan dalam kerangka pengendalian di Indonesia antar Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) yang tergabung dalam Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis se-Indonesia (AFEB).

Sesuai agenda, selain pembicara di atas, kegiatan ini juga akan dihadiri pemateri-pemateri diantaranya dr. Cut Putri Arianie, MHKes (Direktur P2PTM), Dr. Sudibyo Markus (Direktur IISD), dr. Sumarjati Arjoso, SKM (TCSC IAKMI), Tubagus Haryo Komnas PT, Faisal Rahmanto Moes (Untuk Kajian Jaminan Sosial UI), Tax Center UI, Budhi Setyawan (Kepala Program Studi Doploma 3 Bea Cukai) Politeknik Keuangan Negara STAN, Dirjen Ham (Kementrian Hukum dan Ham RI), Sarno (Pusat Kebijakan Pendapatan Negara – BKF Kementrian Keuangan RI), Radi Manggala (kebid Bidang Pemasaran area Malaysia peninsula, kementerian pariwisata dan ekonomi Kreatif / badan pariwisata dan ekonomi Kreatif), Majelis Ulama Indonesia, Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Maliki, ST, MSIE, Ph.D (Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Bappenas), Prof Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc (Guru Besar IPB), dan I Made Kerta Duana, S.KM., M.PH (Ketua Puslit Universitas Udayana).

Sebagai informasi, kegiatan ini dihadiri seratus peserta yang nantinya akan mengikuti seminar dan workshop serta akan berkolaborasi mengenai riset pertembakauan. Peserta yang hadir pada kegiatan ini dari berbagai instansi diantaranya dari Kementerian dan Lembaga Negara terkait, akademisi yaitu dosen dan peneliti dari AFEB PTMA, dan Lembaga Jejaring Pengendalian Tembakau, serta NGO lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement