Sabtu 21 Sep 2024 12:56 WIB

Harga Rokok yang Terlalu Murah Sebabkan Tingginya Minat Rokok di Indonesia

Harga rokok di Indonesia hanya Rp 44 ribu per bungkus, jauh di bawah rata-rata dunia.

Red: Friska Yolandha
Ilustrasi rokok. Harga rokok yang murah jado penyebab masih banyaknya perokok di Indonesia.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi rokok. Harga rokok yang murah jado penyebab masih banyaknya perokok di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga rokok yang dianggap masih terlalu murah menjadikan Indonesia menempati posisi kedua di dunia untuk minat perokok laki-laki dewasa (58,4 persen) dan urutan ke-23 tertinggi secara keseluruhan (31,0 persen). Direktur Center of Human and Economic Development (CHED) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD), Roosita Meilani Dewi mengatakan adalah penting menaikkan cukai yang merata guna mengurangi dampak negatif konsumsi rokok.

“Kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang merata dapat menghindari downtrading serta mengurangi dampak negatif multiplier effect dan eksternalitas negatif, sehingga diusulkan untuk menaikkan cukai rokok minimal 25 persen per tahun secara sama dan merata untuk semua jenis rokok, mengingat UU Cukai menetapkan rata-rata cukai rokok hingga 57 persen namun belum pernah diimplementasikan sepenuhnya," katanya melalui keterangan resminya, Sabtu.

Baca Juga

Sementara itu, pakar cukai rokok dari Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan menyarankan agar para pemangku kebijakan senantiasa bersama mendukung kenaikan harga cukai rokok, baik pemerintah pusat maupun daerah guna menciptakan ekosistem masyarakat sehat.

Dalam penelitiannya yang dilakukan di berbagai daerah seperti Lampung, Bali, dan Yogyakarta menunjukkan bahwa cukai efektif mengurangi konsumsi rokok.