REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Ronggo Astungkoro, Antara
Semakin meluasnya wabah virus Corona membuat Pemerintah Indonesia untuk memutuskan untuk menyetop sementara impor hewan hidup dari China. Kebijakan ini diambil dalam rapat terbatas level menteri yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Selasa (4/2).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah mempertimbangkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan bahwa virus Corona bertransmisi secara manusia ke manusia dan hewan liar ke manusia. Berdasarkan temuan itulah maka impor hewan hidup, terutama hewan-hewan liar seperti ular, kura-kura, hingga bangsa reptilia, dihentikan.
"Kalau ada yang sekarang dikirim ke Indonesia akan kita kembalikan," jelas Airlangga usai rapat terbatas di Istana Bogor, Selasa (4/2).
Lantaran merebaknya wabah Corona ini, terungkap pula bahwa selama ini Indonesia menjadi negara juga mengimpor komoditas hewan liar hidup asal China. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 18,2 ton reptil hidup termasuk ular dan penyu dari China sepanjang 2019 lalu. Nilai impor reptil hidup ini senilai 216 ribu dolar AS (sekitar Rp 2,9 miliar).
Angka impor ini meningkat dibanding impor reptil hidup asal China pada 2018 sebesar 11,6 ton dengan nilai 120 ribu dolar AS. Tak hanya itu, Indonesia mengimpor 1,2 ton mamalia hidup dari China, senilai 98 ribu dolar AS. BPS tak memerinci jenis mamalia apa saja yang dimaksud.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjelaskan, prioritas larangan impor hewan hidup asal China menyasar jenis hewan liar (wild animal), contohnya penyu dan ular. Untuk produk hortikultura, seperti bawang putih dan buah-buahan, dari China, pemerintah tetap membuka keran impornya.
"Sementara kan disetop yang hewan liar. Impor-impor itu biar aman lah ya," ujar Agus di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (5/2).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan, impor produk hortikultura tetap berjalan namun dengan pemeriksaan yang lebih intensif. Menurutnya, mitigasi dilakukan di gerbang-gerbang masuk produk hortikultura, terutama dari China dan negara-negara dengan kasus positif virus corona lainnya.
"Negara yang terkena suspect kita sudah mitigasi. Kalau kemudian sudah sandar pesawatnya tiba, kita intervensi ke dalam apakah dilakukan disinfeksi bebas," jelas Syahrul usai menghadiri rapat terbatas di Istana Bogor, Selasa (4/2).
[video] Wabah Virus Corona Berdampak pada Sektor Pariwisata
Hubungan dagang RI-China
Ketua Lembaga Kerja Sama Ekonomi Sosial Budaya Indonesia-Tiongkok, Mayjen TNI (purn) Sudrajat, mengimbau pemerintah untuk tidak menyetop sementara impor barang mati dari China. Jika itu dilakukan, ia khawatir dengan dampak yang ditimbulkan terhadap perdagangan kedua negara.
"Dalam hal ini kita mengimbau, kita mengharapkan pemerintah ada suatu kebijakan yang lebih kondusif kepada perdagangan indonesia terutama aliran logistik," ujar Sudrajat di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2).
Menurut dia, jika penyetopan sementara impor barang itu dilakukan, maka akan berdampak kepada beberapa hal. Pertama, akan berdampak pada turunnya jumlah volume bisnis antara Indonesia dengan China. Kemudian, pasar juga pasti terganggu dengan itu.
"Ketiga adalah komitmen-komitmen kita terhadap para langganan kita dan produsen-produsen kita yang menyuplai selama ini," jelas dia.
Pemerintah China pun telah bereaksi atas kebijakan penghentian sementara impor oleh Indonesia. China menyebut penghentian impor beberapa jenis produk dari China oleh Indonesia dapat berdampak negatif bagi hubungan perdagangan kedua negara.
“Tindakan itu (penghentian impor) akan merugikan hubungan dagang antara kedua negara dan juga akan memberikan dampak negatif kepada hubungan kedua negara,” kata Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, dalam jumpa pers yang digelar di kediaman resminya di Jakarta, Selasa (4/2).
Dubes Xiao mengatakan, pernyataan tersebut terkait rencana Pemerintah Indonesia untuk menghentikan sementara impor barang dari China, menyusul eskalasi penyebaran wabah virus corona di negara tersebut. Dia mengaku prihatin terhadap rencana pemerintah Indonesia tersebut karena menurut dia, apabila dilakukan, tindakan tersebut dapat berdampak buruk bagi hubungan kedua negara.
Xiao pun mengatakan hingga saat ini, belum ada bukti bahwa virus Corona dapat ditularkan melalui barang-barang impor.
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan bahwa mereka tidak setuju terhadap tindakan pembatasan perdagangan ke arah China,” kata Xiao.
Dia merujuk pada pernyataan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang mengatakan tidak ada alasan untuk mengintervensi perdagangan dan perjalanan internasional terkait virus corona. Oleh sebab itu, Xiao berharap agar Indonesia dapat menimbang saran dari WHO dan tidak mengambil tindakan yang dianggap dapat memberikan dampak negatif bagi hubungan kedua negara.
“Kita berharap pihak Indonesia bisa memandang wabah ini dan memandang pencegahan dan penanggulangan secara objektif, rasional, dan ilmiah dan mengambil tindakan pencegahan yang rasional, bukan yang overreact supaya menghindari gangguan terhadap hubungan kedua negara dan kerja sama,” kata dia.
Shalat Hajat Menolak Corona