REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN - Seorang dokter China yang mengeluarkan peringatan dini tentang wabah virus Corona meninggal pada Jumat (7/2). Dia adalah Li Wenliang. Ia sempat ditegur oleh polisi setempat karena menebarkan rumor yang tak nyata.
Dia meninggal dunia di usia 34 tahun di Rumah Sakit Pusat Wuhan, Jumat (7/2) dini hari waktu setempat. "Dalam perang melawan epidemi pneumonia dari infeksi Corona baru, dokter mata rumah sakit kami, Li Wenliang, sayangnya telah terinfeksi (virus Corona). Dia meninggal setelah semua upaya kami lakukan untuk menyadarkannya. Kami sangat berduka atas kematiannya," demikian pernyataan Rumah Sakit Wuhan di akun resmi Weibo, dikutip South China Morning Post, Jumat (7/2).
Sebelumnya ada kabar simpang siur soal kematian Li. Pihak rumah sakit membantah kematiannya karena masih dalam kondisi kritis. Namun akhirnya rumah sakit mengonfirmasi Li meninggal.
"Kami sangat menyesal mendengar kematian pekerja keras garda depan yang berkomitmen merawat pasien, kita harus merayakan kehidupannya, dan berbelasungkawa atas kematiannya," ujar Direktur Program Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia Michael Ryan.
Beberapa saat sebelum RS pusat Wuhan memberikan pengumuman bahwa Li dalam keadaan kritis, media sosial RS pusat Wuhan menerima hampir 500 ribu komentar dari netizen yang berharap dokter itu bisa sembuh. "Kami tak akan tidur, kami di sini menunggu keajaiban," kata salah satu warganet,
Pada 30 Desember 2019, Li memperingatkan teman-teman sekolah kedokterannya dalam sebuah grup obrolan online. Dia memperingatkan bahwa penyakit mirip SARS telah melanda beberapa pasien di rumah sakit Wuhan dan mereka semua dikarantina di unit gawat darurat.
Pada hari yang sama ketika dokter menyampaikan pesannya, otoritas kesehatan setempat mengumumkan bahwa kota tersebut telah mengonfirmasi 27 kasus virus jenis baru, kebanyakan dari mereka terkait dengan pasar makanan laut. Namun, Li bersama dengan tujuh orang lain yang berbagi informasi tentang wabah, termasuk setidaknya tiga dokter, dipanggil polisi setempat. Mereka dipaksa untuk menandatangani surat yang berjanji untuk tidak membuat pengungkapan lebih lanjut mengenai penyakit ini.
Pada awal Januari, CCTV, media Partai Komunis, menuduh delapan orang di Wuhan menyebarkan apa yang oleh pemerintah disebut 'rumor'. "Cyberspace sama sekali bukan perbatasan tanpa hukum, polisi tidak memiliki toleransi terhadap tindakan ilegal memalsukan atau menyebarkan desas-desus yang mengganggu ketertiban sosial," kata penyiar memperingatkan.
Dalam sebuah unggahan di Weibo yang membahas bagaimana ia menyampaikan berita dan interaksinya dengan polisi, Li mengatakan ia kembali bekerja pada 3 Januari setelah polisi menegurnya. Namun kemudian ia mulai batuk pada 10 Januari.
"Saya demam pada 11 Januari dan dirawat di rumah sakit pada hari berikutnya. Saat itu, pemerintah masih bersikeras bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia dan mengatakan tidak ada staf medis yang terinfeksi. Saya bingung," kata Li memposting di Weibo pada 31 Januari.
Li terinfeksi virus Corona tipe baru pada Sabtu. "Tes virus saya masih negatif, tetapi saya kesulitan bernapas, saya hampir tidak bisa bergerak. Orang tua saya juga dirawat di rumah sakit," kata Li pada Weibo sehari sebelum dia didiagnosis terinfeksi.
Pada hari yang sama, dia melampirkan teguran yang dia tanda tangani pada 3 Januari. "Kami dengan sungguh-sungguh memperingatkan Anda bahwa jika Anda tetap berpegang pada senjata dan tetap tidak sabar, dan terus terlibat dalam kegiatan ilegal, Anda akan dihukum oleh hukum," tulis polisi Wuhan dalam teguran tersebut.
Pada Jumat (7/2), menurut otoritas kesehatan Cina, virus yang mematikan telah merenggut 636 nyawa di daratan China, ditambah dua lainnya di Hong Kong dan Filipina. Wabah telah menginfeksi lebih dari 28 ribu orang di Cina. Angka ini jauh melebihi epidemi SARS pada 2002 hingga 2003 yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia.