REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo bertemu tokoh adat Jayawijaya, Provinsi Papua. Mereka bertemu untuk membahas sampah kerusuhan seperti ratusan rangka mobil dan motor yang hingga kini belum bisa dibuang. Sampah-sampah tersebut belum bisa dibuang karena masyarakat di kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) tidak mengizinkan.
John Wempi Wetipo mengatakan sampah-sampah yang belum dibuang itu dapat menghambat percepatan renovasi bangunan yang dibiayai Kementerian PUPR. Termasuk menghambat pemulihan Kota Wamena.
"Sekarang yang kita pikirkan itu bukan soal siapa punya sampah, tetapi ini untuk pembangunan sehingga Pak Wuka (tokoh adat) secara sukarela sudah menyiapkan lahan untuk menampung sampah besi dan puing-puing," katanya pada Jumat (7/2).
Puing-puing bangunan, rangka mobil, dan rangka motor itu akan ditampung sementara di sekitar kawasan Distrik Megapura, sambil dicarikan solusi lain untuk penanganan sampah. Ini karena tidak ada tempat daur ulang besi di Jayawijaya.
"Saya berharap Pemda Jayawijaya bisa bersinergi karena kita mau pulihkan Wamena supaya kembalikan Wamena seperti yang dahulu," jelas Wempi.
Wempi optimistis usai PUPR membangun atau merenovasi ulang sejumlah bangunan terdampak, warga perantau yang pergi meninggalkan Jayawijaya pascakerusuhan akan kembali. Berdasarkan informasi yang diterima Antara, warga di sekitaran TPA di Distrik Pisugi melarang pembuangan sampah bekas kerusuhan seperti bangkai mobil, motor, seng, atau dinding-dinding bangunan. Akibatnya, sejumlah sampah seperti bangkai mobil, motor di beberapa titik belum dipindahkan atau dibuang.