REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengharapkan artileri pertahanan udara (arhanud) Indonesia dapat dilengkapi dengan fire control radar dan surveillance radar dengan jarak deteksi hingga 150 km. Hal itu dikatakannya setelah PT Pindad melakukan kerja sama dengan industri pertahanan Ukraina, SPETS.
"Realisasi dari kerja sama ini diharapkan arhanud kita dapat dilengkapi dengan fire control radar dan surveillance radar berkemampuan jarak deteksi hingga 150 km," ungkap Trenggono melalui keterangan persnya, Ahad (9/2).
Selain itu, kata dia, diharapkan juga pengawakan senjata artileri yang biasanya membutuhkan personel hingga delapan prajurit, menjadi hanya membutuhkan satu orang operator saja. Itu dapat dilakukan dengan menggunakan sistem sudah komputerisasi sangat otomatis melalui sistem yang disebut air defence system.
Di samping itu, Direktur Utama Pindad, Abraham Mose, menyebut kerja sama dengan SPETS dilakukan dalam bidang perbaikan sistem senjata pertahanan udara AAG bernama S-60 kaliber 57 mm. Sistem senjata itu masih banyak digunakan oleh berbagai negara, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Terdapat kurang lebih 236 unit S-60 yang terdiri dari 188 manual unit dan 48 retrofit yang digunakan oleh TNI satuan Arhanud.
"Kerja sama ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan PT Pindad sebagai produsen untuk melakukan perbaikan dan modernisasi sistem senjata tersebut agar AZP S-60 dapat terus digunakan secara maksimal untuk proteksi wilayah udara Indonesia oleh arhanud," kata Abraham.
Selain bidang pertahanan udara, Pindad juga melanjutkan dan melakukan review dari rencana kerja sama terkait BTR-4. Kerja sama itu pernah diinisiasi oleh Pindad tahun 2014 melalui perjanjian joint-production di Indonesia.
"Rencana akan ada Joint Production BTR 4, disini terkait penyediaan Tank Amfibi buat Marinir/ TNI AL. Pindad memperoleh benefit terkait Pembuatan Ranpur Amfibi," katanya.