Senin 10 Feb 2020 10:33 WIB

PM Thailand Bantah Ada Kelalaian Penyimpanan Gudang Senjata

Pelaku penembakan massal di Thailand mengambil senjata dari gudang markasnya bekerja.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Polisi Thailand melakukan olah tempat kejadian perkara insiden penembakan di Mal Terminal 21 Korat, Nakhon Ratchasima, Thailand, Ahad (9/2).
Foto: AP/Sakchai Lalitkanjanakul
Polisi Thailand melakukan olah tempat kejadian perkara insiden penembakan di Mal Terminal 21 Korat, Nakhon Ratchasima, Thailand, Ahad (9/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha membantah bahwa ada kelalaian dalam pengamanan senjata di pangkalan militer. Hal itu menyusul insiden penembakan massal di sebuah pusat perbelanjaan, dengan pelaku seorang anggota militer yang mengambil senjata dari markas tempat dia bertugas.

"Ini bukan kecerobohan. Kami tidak membiarkan gudang persenjataan tanpa penjagaan. Ada petugas yang menjaganya," ujar Prayuth, dilansir Guardian.

Baca Juga

Penembakan massal di mal Terminal 21 Korat terjadi pada Sabtu sore dan berlangsung hingga Ahad dini hari. Penembakan itu telah menewaskan 29 orang dan melukai 57 orang lainnya. Kementerian Pertahanan mengidentifikasi pelaku sebagai Jakrapanth Thomma dengan pangkat sersan mayor.

Prayuth mengunjungi korban luka-luka yang sedang dirawat di rumah sakit pada Ahad. Dia mengatakan, pelaku melakukan penembakan dipicu rasa marah dan dendam karena tertipu masalah kesepakatan tanah.

Serangan penembakan itu dimulai pada Sabtu sore ketika pelaku menembaki sebuah rumah di distrik Muang, Nakhon Ratchasima. Dia kemudian pergi ke markas tempat dia bertugas dan membunuh komandan Batalion Amunisi 22. Jakrapanth sempat menyiarkan secara langsung beberapa serangannya di media sosial.

Jakrapanth mencuri dua senapan yakni senapan mesin M60 dan 736. Dia kemudian melaju ke pusat kota dengan kendaraan jenis Humvee dan mulai menembaki orang-orang yang ada di luar dan di dalam mal Terminal 21.

Seorang perempuan, Uam mengatakan, dia bersama dengan 30 orang lainnya bersembunyi di sebuah ruang penyimpanan ketika penembakan terjadi. Mereka mematikan lampu dan ponsel, serta berada dalam ketakutan. Mereka terkurung selama enam jam dan diselamatkan sekitar pukul 23.00 malam waktu setempat.

"Kami semua mematikan telepon. Tidak ada yang mengunggah apapun di media sosial," ujar Uam kepada Thairath TV.

Gambar CCTV menunjukkan, pria bersenjata itu berjalan melalui bagian yang kosong di mal sambil membawa senapan dan mengenakan seragam prajuritnya. Uam mengatakan, dia mendengar suara tembakan sekitar pukul 17.00 sore. Ketika itu, orang-orang mulai berlarian.

"Saya bisa melihatnya dengan jelas karena saya berada di depan mal. Saya melihat dia menembak dan melihatnya bergerak dari tempat parkir, kemudian mengambil foto selfie yang dia unggah ke Facebook," kata Uam.

Kekerasan dengan menggunakan senjata tidak pernah terjadi di Thailand. Banyak orang Thailand memiliki senjata karena dapat diperoleh secara legal. Namun, penembakan massal di negara tersebut sangat jarang terjadi.

Insiden di Korat terjadi sekitar satu bulan setelah penembakan mal di kota Lopburi, Thailand tengah. Ketika itu, seorang pria bersenjata yang mengenakan topeng melakukan penembakan yang menewaskan tiga orang termasuk seorang anak laki-laki berusia 2 tahun. Penembakan juga melukai empat orang lainnya.

Pelaku melepaskan tembakan saat dia sedang merampok sebuah toko perhiasan. Dia ditangkap dua minggu setelah penembakan. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement