REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nugroho Habibi, Antara
Wacana pembangunan trem di Kota Bogor berlanjut. Pemerintah Kota Bogor akan melanjutkan pembicaraan dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait rencana kerja sama pengoperasian moda transportasi trem di kota hujan itu.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, di Kota Bogor, Senin (10/2), mengatakan, lanjutan pembicaraan tersebut akan dilakukan pada Selasa (11/2).
Pemerintah Kota Bogor akan diwakili oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Hanafi dengan jajarannya. Kepala Bappeda Kota Bogor, kata dia, akan bertemu dengan direksi PT KAI atau yang mewakilinya, melanjutkan pembicaraan sebelumnya, antara Pemerintah Kota Bogor dan direksi PT KAI.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Bogor yang diwakili Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Kepala Dinas Perhubungan Eko Prabowo bertemu dengan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT KAI Amrozi Hamidi dan Direktur Utama Utara PT KCI Wiwik Widayanti, di Gunung Geulis, Kabupaten Bogor, Kamis (6/2). Pada pertemuan tersebut, membicarakan rencana Pemerintah Kota Bogor membangun moda transportasi trem dan melakukan penjajakan kerja sama dengan PT KAI dan PT KCI untuk membantu mengoperasikannya.
Menurut Dedie, PT KAI adalah operator kereta api di seluruh Indonesia, sehingga rencana Pemerintah Kota Bogor akan membangun moda transportasi trem, bisa meminta bantuan kepada PT KAI. Apalagi, kata dia, Pemerintah pusat akan membangun moda transportasi berbasis rel yakni light rail transit atau lintas rel terpadu (LRT) sampai ke Kota Bogor di Terminal Baranangsiang.
"Pembangunan LRT ini adalah program strategis nasional yang didukung penuh oleh PT KAI," katanya.
Pemerintah Kota Bogor juga memiliki program pembangunan moda transportasi trem. "Dalam memadukan dua program strategis ini, Pemerintah Kota Bogor berencana membangun koridor trem dari Terminal Baranangsiang menuju ke Stasiun Bogor. Sasarannya, transportasi trem ini menjadi feeder (pengumpan) bagi transportasi LRT maupun commuterline," katanya.
Menurut Dedie, dengan pertimbangan tersebut, Pemerintah Kota Bogor bertemu dengan direktur PT KAI dan direktur utama PT KCI untuk mematangkan rencana kerja sama pembangunan moda transportasi trem di Kota Bogor.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyatakan pertemuan dengan Pemerintah Kota Bogor masih pertemuan awal.
"Jadi pertemuan kemarin baru penjajakan kerjasama antara KAI dan Pemkot Bogor terkait pengelolaan transportasi massal di Kota Bogor dalam hal ini trem," kata VP Public Relations KAI Yuskal Setiawan kepada Republika.co.id, Jumat (7/2).
Yuskal menerangkan, pertemuan tersebut belum menghasilkan kontrak kerjasama apapun. Dia menjelaskan, akan ada pertemuan lanjutan untuk membahas secara teknis pengaplikasian trem di Kota Bogor.
"Jadi belum melahirkan keputusan apa-apa, rencananya akan disusun MoU (Memorandum of understanding) antara pihak-pihak terkait," katanya.
Jika trem diaplikasikan di Kota Bogor, maka moda tersebut akan menjadi moda transportasi pertama di Indonesia. Namun, sebelum mengaplikasikan trem, regulasi harus dibahas terlebih dahulu. Pasalnya, Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur tentang trem.
Yuskal menjelaskan, pertemuan tersebut belum sampai pada pembahasan regulasi. Dia menegaskan, pertemuan tersebut merupakan inisiatif dari Pemkot Bogor. "Belum bahas soal teknis, baru pertemuan awal,” kata dia.
Disinggung terkait kemungkinan trem akan menjadi pilot project secara nasional dan PT KAI yang akan menjadi operator, Yuskal menjelaskan belum dapat memastikan. Pasalnya, keputusan tersebut masih harus dibahas dengan banyak pihak.
"Tergantung hasil pertemuannya, kan yang punya inisiatif Pemkot (Bogor)," kata Yuskal yang nampak mengelak.
Dedie A Rachim menjelaskan Pemkot Bogor berencana akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan PT KAI dalam waktu dekat ini. Nantinya, kerjasama itu akan membahas tentang rencana implementasi sistem transportasi berbasis rel, termasuk trem di Kota Bogor.
"Pertemuan dengan PT KAI ini dalam rangka persiapan MoU antara kedua belah pihak yang didalamnya membahas rencana mengenai implementasi sistem transportasi berbasis rel di Kota Bogor," ujar Dedie.
Kota Bogor akan kedatangan Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) yang akan berujung di Baranangsiang, Kecamatan Bogor timur pada tahun 2021. Di Baranangsiang, Pemkot Bogor merencanakan akan membangun kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
Maka, moda transportasi berbasis rel juga harus selaras dengan rencana tersebut, termasuk trem. Oleh karena itu, Pemkot Bogor akan meminta dukungan PT KAI untuk mewujudkan moda transportasi tersebut.
Dedie menjelaskan, Pemkot Bogor berencana membangun koridor trem dari Terminal Baranangsiang menuju ke Stasiun Bogor. Trem akan menjadi feeder (pengumpan) bagi transportasi LRT maupun commuterline.
Pemkot Bogor telah menganggarkan Rp 500 juta yang dikhususkan untuk mengkaji sistem transportasi di Kota Bogor. "LRT Jabodebek merupakan program yang melibatkan dukungan PT KAI secara penuh. Oleh karena itu, Pemkot Bogor akan menggandeng PT KAI dalam melaksanakan kajian transportasi di Kota Bogor yang sudah dianggarkan pada tahun 2020 ini," ungkapnya.
Dedie menambahkan, PT KAI juga sepakat untuk melanjutkan pembangunan Stasiun Sukaresmi yang hingga kini prosesnya masih terbengkalai. Selain itu, Dedie mengatakan, Pemkot Bogor juga meminta PT KAI melakukan perbaikan akses publik di area kawasan Stasiun Bogor.
"Dibahas juga rencana perbaikan akses publik di seputar kawasan Stasiun Bogor yang meliputi area Jalan Mayor Oking, Jalan Paledang hingga Alun-Alun Bogor," kata Dedie.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor Hanafi menuturkan moda transportasi trem telah masuk dalam bagian perencanaan moda trasportasi massal jangka panjang di Kota Bogor. Hanafi menyebut rencana pengaplikasian trem di Kota Bogor juga telah dimasukkan dalam masterplan transportasi di Kota Bogor.
"Trem itu sudah kita masukkan di masterplan transportasi, potensi trem, kajian tentang trem itu sudah masuk. Tinggal kita finalkan. Sudah 99 persen," kata Hanafi.
Trem sebenarnya bukan transportasi baru di Indonesia. Di akhir tahun 1800, setidaknya trem diketahui beroperasi di sejumlah kota di Tanah Air. Yakni di Semarang, Surabaya, Solo, Cirebon, dan Deli di Sumatra Timur.
Trem tersebut dulunya bekerja dengan teknologi uap dan lama kelamaan berubah menjadi berteknologi listrik.
Sejarawan Alwi Shahab mencatat di tahun 1930-an melintas trem listrik di Jalan Raya Matraman menuju Jatinegara. Trem lalu perlahan dihapuskan, terutama sejak era Presiden Soekarno karena ada anggapan trem tak sesuai dengan citra kota modern.
Di Jakarta, trem dihapuskan sejak 1960-an. Menyusul kota lain, seperti Surabaya.
Di tahun 2017, Kota Surabaya sempat memunculkan wacana pembangunan kembali trem. Rencana tersebut namun ditolak pemerintah pusat.