Senin 10 Feb 2020 17:57 WIB

DBD Renggut Dua Jiwa di Cirebon

Namun, kasus DBD pada saat ini masih lebih sedikit.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita DBD. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita DBD. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus bermunculan di Kabupaten Cirebon. Selain menyerang puluhan warga, penyakit tersebut juga telah merenggut korban jiwa.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni, menyebutkan, sampai pekan kelima 2020, jumlah warga yang positif DBD di Kabupaten Cirebon mencapai 77 kasus.

"Jumlah korban yang meninggal dunia akibat DBD mencapai dua orang," ujar Enny, Senin (10/2). Adapun korban yang meninggal dunia itu berasal dari daerah Plumbon sebanyak satu orang dan Pamengkang satu orang.

Enny menambahkan, kasus DBD itu tersebar ke sejumlah daerah. Namun, kasus tertinggi terdapat di daerah Susukanlebak sebanyak tujuh kasus, Kamarang tujuh kasus, Pasaleman enam kasus, Sindanglaut lima kasus dan Babakan lima kasus.

Dilihat berdasarkan kelompok umur, kasus DBD paling banyak menyerang kelompok umur 15–44 tahun sebanyak 45 persen dan kelompok umur 5–14 tahun sebanyak 35 persen. Sedangkan sisanya menyerang berbagai kelompok umur lainnya.

Menurut Enny, jika dibandingkan dengan tahun kemarin, maka kasus DBD pada saat ini masih lebih sedikit. Pada minggu yang sama tahun 2019, tercatat ada 89 kasus. Sedangkan saat ini, tercatat ada 77 kasus.

Meski demikian, Enny terus melakukan penanganan DBD sesuai pedoman WHO. Selain melakukan penyelidikan epidemiologi, juga dilakukan fogging di wilayah penyebaran DBD.

"Kami juga terus menggencarkan kepada masyarakat kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus," ucap Enny.

Dalam gerakan 3M plus itu, warga diimbau untuk mengubur, menutup dan menguras tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti penyebar DBD.

Sedangkan untuk plus-nya, yaitu upaya pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menaruh ikan di penampungan air, atau menanam tanaman pengusir nyamuk.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement