REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rr Laeny Sulistyawati, Febrianto Adi Saputro,
Fauziah Mursid
Peneliti senior Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof David H Muljono menilai para WNI dari Wuhan yang diobservasi kesehatannya di Natuna, Kepulauan Riau, memiliki kemungkinan kecil terinfeksi COVID-2019 (Corona Virus Disease 2019) setelah menjalani masa observasi hampir 14 hari. Hingga Rabu (12/2) masa observasi WNI di Natuna telah memasuki hari ke-12.
"Kalau ini ada 238 orang semua negatif, ya, kita boleh bilang mereka semua negatif, relatif lebih aman," kata David kepada media di Jakarta, Rabu (12/2).
David menilai, sebanyak 238 WNI yang dikarantina di Natuna selalu dalam pemantauan dokter dan dinyatakan sehat seluruhnya tanpa menunjukkan gejala. Oleh karena itu, dia berpendapat hal tersebut membuat kebijakan bahwa para WNI tersebut tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium sebelum kembali ke masyarakat.
Dia mengatakan, untuk mengetahui seseorang terinfeksi COVID-19 harus dilakukan pemeriksaan antara pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Meskipun masa inkubasi penyakit COVID-19 ini berbeda-beda pendapat dan belum ditetapkan secara pasti, yaitu antara 10 hari hingga 24 hari, David menerangkan bahwa perbedaan masa inkubasi tersebut merupakan konsensus dari para peneliti.
"Dan ini sudah berlangsung hampir 14 hari dan tidak ada korban, dan mudah mudahan tidak ada. Ini rata-rata mereka tidak menimbulkan apa-apa. Berbeda kalau baru datang (ada yang bergejala), periksa semua. Tapi kalau sekian hari tidak, kemungkinan mendapatkan virus ini juga kecil," kata David.
Namun, dia menyarankan agar WNI yang selesai menjalani observasi kesehatan tersebut masih harus tetap diawasi kesehatannya apabila mengalami gejalaCOVID-19 seusai masa karantina. Hingga hari ini, sebanyak 238 WNI termasuk tim kesehatan dan tim penjemput yang diobservasi kesehatannya di Lanud Raden Sadjad Ranai Natuna, Kepulauan Riau, sudah memasuki hari ke-12.
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Jakarta pun mengaku siap untuk mendeteksi COVID-19. Metode yang digunakan adalah kombinasi teknik reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) dan sequencing.
"Melalui pendekatan biologi molekuler, LBM Eijkman telah memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mendeteksi secara sensitif dan spesifik keberadaan virus COVID-19 dalam sampel klinis," ujar Peneliti LBM Eijkman Frilasita Aisyah Yudhaputri saat seminar awam Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV:Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia, di kantornya, di Jakarta, Rabu (12/2) sore.
Ia menjelaskan, metode yang digunakan adalah kombinasi teknis PCR dan sequencing dengan menggunakan gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus sebagai penanda identifikasi. Dalam penanganan virus Corona, dia melanjutkan, LBM Eijkman mempunyai fasilitas laboratorium tersertifikasi untuk menangani patogen risiko tinggi laboratorium Biosafety Level (BSL)-2 dan BSL -3. Ia menambahkan, kemampuan ini juga didukung fasilitas alat Next-Generation Sequencing dan analisis bioinformatika yang telah diakui secara internasional.
"Kemudian kami menguji keberadaan material genetik dari virus corona dalam sampel klinis. Material genetik itu ibarat kartu tanda pengenal virus yaitu RNA," katanya.
Bahkan, dia menambahkan, saat awal wabah virus ini, sebenarnya sudah ada yang mengirimkan sampel spesimen ke LBM Eijkman dan hasilnya negatif. Selain itu, dia menambahkan, LBM Eijkman juga melakukan identifikasi, isolasi, dan kajian molekuler virus-virus seperti flu burung pada 2005 lalu, virus West-Nile 2012 lalu dan virus Zika pada 2015.
"Untuk identifikasi, isolasi, dan karakterisasi molekuler virus West-Nile dan Zika malah pertama dan satu-satunya di Indonesia. Tetapi itu semua kembali ke pemangku kebijakan," ujarnya.
In Picture: WNI dari Wuhan Tetap Dipantau Usai Diobservasi di Natuna
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan, Hubei, China melakukan senam bersama prajurit TNI pada hari kesembilan di Hanggar Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Senin (10/2/2020).
Kunjungan DPR
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena mengungkapkan sejumlah anggota dan pimpinan komisi IX dijadwalkan terbang menuju Natuna, Kamis (13/2). Rencananya, sebanyak 13 anggota komisi IX beserta menteri kesehatan dan jajarannya juga akan ikut dalam kunjungan tersebut.
"Kami akan ke Natuna besok untuk memastikan agar semua prosedur yang pernah disampaikan pak menkes dan jajaran di sini itu berjalan sebagaimana yang ditetapkan oleh WHO," kata Melki di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (12/2).
Melki menuturkan, tujuan kedatangan komisi IX ke Natuna juga dimaksudkan untuk membuktikan kekhwatiran sejumlah pihak. Sebelumnya, ada dugaan bahwa warga yang diduga dari daerah yang terpapar virus Corona bisa berdampak bagi orang di sekitarnya.
"Kami besok ke Natuna untuk memastikan bahwa semua itu dilakukan dengan baik, dan juga memastikan bahwa 238 WNI yang dulu di Wuhan, plus semua yang menjadi tim evakuasi kemarin semuanya normal, sehat, dan kekhawatiran banyak orang di seluruh Indonesia masuk Natuna itu juga kekhawatiran yang jangan terlalu berlebihan," jelasnya.
Menurutnya, sejauh prosedur penanganan virus Corona yang telah ditetapkan WHO telah dilakukan, maka kekhawatiran tersebut seharusnya tidak perlu ada. Apalagi ada jarak dan prosedur isolasi yang telah diatur.
"Kita waspada pasti, antisipasi iya, tetapi tetap juga dalam sebuah batas-batas yang memang itu sesuai prosedur dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya," ujarnya.
Politikus Partai Golkar tersebut menambahkan setelah mengunjungi lokasi observasi, komisi IX juga akan menemui pemerintah daerah dan tokoh masyarskat setempat. Pertemuan tersebut sebagai kunjungan balasan pemda kabupaten Natuna beberapa waktu lalu ke DPR.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada Selasa (11/2), mengatakan, pemerintah saat ini tengah mengkoordinasikan teknik pemulangan WNI yang dikarantina di Natuna. Ini dilakukan setelah masa karantina 238 WNI yang dipulangkan dari Hubei dan Wuhan, China selama dua pekan, berakhir pada Sabtu (15/2) ini.
"Kita masih rapat koordinasikan bagaimana teknik pemulangannya dan sebagainya, itu kan perlu dikoordinasi pakai pesawat apa, ke mana mereka punya alamat sendiri-sendiri," ujar Terawan ditemui wartawan usai rapat TNP2K di Kebon Sirih, Jakarta, Selasa (11/2).
Karena itu, Terawan belum dapat memastikan waktu tepat pemulangan seluruh WNI ke daerahnya masing-masing. Sebab, menurut Terawan, 238 WNI yang dikarantina di Natuna saat ini berasal dari berbagai daerah.
"Nanti kalau saya bilang pulang hari ini keluarganya sudah nunggu, dan ternyata pesawatnya sore nggak ada, ya kan repot. yang paling penting atas selesainya nanti di tanggal 15 nanti pukul berapa akan dicanangkan," ujar Terawan.
Mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto itu juga memastikan seluruh WNI yang dikarantina di Natuna dalam kondisi sehat untuk bisa dipulangkan. "Mereka sehat, kalau enggak sehat ya gimana, kita yakin karena dia datang dengan sehat ini posisinya adalah kondisi sehat," kata Terawan.
Sementara untuk WNI dari China yang tertahan kepulangannya karena tidak lolos pemeriksaan, akan terus dipantau oleh Pemerintah Cina dan juga Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui perwakilan Dubes RI di China. Begitu pun juga WNI yang menjadi kru kapal pesiar yang dikarantina di Jepang tersebut.
"Dipantau oleh kementerian luar negeri, kita dalam posisi menunggu what's next apa yang dilakukan, semua adalah menyangkut peraturan dunia, jadi masalah observasinya di mana itu dunia akan mantau terus," katanya.
Virus Corona, Antara Mitos dan Fakta