Kamis 13 Feb 2020 17:42 WIB

Gerakan Propaganda Supremasi Kulit Putih di AS Naik Drastis

Sirkulasi kampanye supremasi kulit putih di AS meningkat lebih dari dua kali lipat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Kelompok supremasi kulit putih
Foto: wikipedia
Kelompok supremasi kulit putih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Insiden kekerasan yang dilakukan oleh supremasi kulit putih di AS naik 120 persen pada 2019. Menurut Anti-Defamation League (ADL), sirkulasi poster dan spanduk rasisme serta nasionalis meningkat lebih dari dua kali lipat.

Laporan ADL Center on Extremism yang dirilis pada Rabu mencatat 2.713 kasus propaganda supremasi kulit putih pada tahun lalu. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan 2018 yakni sebanyak 1.214 kasus. Jika dirata-rata, maka ada tujuh insiden yang dilaporkan per hari.

Baca Juga

ADL menemukan, perguruan tinggi kerap menjadi sasaran propaganda supremasi kulit putih. Tujuh dari 50 negara bagian melaporkan ada penyebaran spanduk, poster, dan selebaran terkait propaganda tersebut.

"Supremasi kulit putih menggandakan upaya mereka untuk meningkatkan pesan kebencian dan merekrut anggota baru," ujar pernyataan ADL, dilansir BBC.

ADL menyataan, propaganda supremasi kulit putih berupaya untuk meningkatkan perkrutan serta menargetkan kelompok-kelompok minoritas termasuk Yahudi, kulit hitam, Muslim, imigran, dan komunitas LGBTQ.

Direktur Center on Extremism, Oren Segal mengatakan kepada Associted Press bahwa kelompok-kelompok itu berupaya untuk menekankan patriotisme dalam upaya menyebar kebencian secara terang-terangan. "Supremasi kulit putih menggunakan taktik untuk mencoba melihat ide-ide mereka dengan cara yang murah, dan yang membawanya ke generasi baru orang-orang yang belajar bagaimana masuk akal dari pesan-pesan ini," ujarnya.

Dalam laporan ADL menyebutkan, propaganda supremasi kulit putih terjadi di 10 negara bagian yakni Kalifornia, Texas, New York, Massachusetts, New Jersey, Ohio, Virginia, Virginia, Kentucky, Washington dan Florida. Sebanyak 20 persen kelompok supremasi kulit putih pernah mengadakan event di ruang publik. Mereka secara terang-terangan memperkenalkan diri ke masyarakat.

Sekitar 90 persen dari semua insiden supremasi kulit putih berasal dari tiga kelompok besar yakni Patriot Front, American Identity Movement, dan New Jersey European Heritage Association. Patriot Front yang berpusat di Tezas bertanggung jawab atas sekitar 66 persen propaganda rasisme yang dibentuk pada Agustus 2017.

Tahun lalu, Front Patriot memainkan peran utama tahun lalu dalam meningkatkan sirkulasi propaganda supremasi kulit putih di kampus-kampus yang menargetkan mahasiswa pada awal tahun ajaran. Sementara itu, New Jersey European Heritage Association, sebuah kelompok supremasi kulit putih yang didirikan pada 2018, banyak mengungkapkan kiasan anti-Semit dan menyebut orang-orang Yahudi sebagai 'perusak' dalam selebaran yang didistribusikan. Segel mengatakan, administrator perguruan tinggi harus berani berbicara menentang propaganda supremasi kulit putih.

"Mereka harus mengambil kesempatan untuk menunjukkan nilai-nilai mereka dan menolak pesan kebencian yang muncul di kampus mereka," ujar Segel.

Beberapa lembaga pendidikan telah berani menentang propaganda supremasi kulit putih. Pada November lalu, Univesitas Brigham Young dengan tegas menyatakan sikap menolak propaganda supremasi kulit putih.

"Kami dengan tegas melawan rasisme dalam segala bentuk dan berkomitmen untuk mengedepankan keselamatan, kebaikan, rasa hormat, dan cinta," ujar pernyataan Universitas Brigham Young dalam Twitter resminya.

Pekan lalu, Direktur FBI Christopher Wray mengakui bahwa ekstrimis rasis di AS sekarang dianggap sebagai prioritas ancaman nasional. Ancaman itu memiliki tingkat bahaya yang sama dengan organisasi teror asing seperti ISIS. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement