Jumat 14 Feb 2020 07:31 WIB

Bali Bersiap Hadapi Tekanan Virus Corona

Minimnya turis China di Bali akibat corona buat kawasan Kuta, Ubud, dan Sanur sepi.

Di 2019, dua juta turis China masuk ke Indonesia. Akibat corona pariwisata sejumlah daerah, Bali misalnya, terimbas dengan menurunnya jumlah turis China.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Di 2019, dua juta turis China masuk ke Indonesia. Akibat corona pariwisata sejumlah daerah, Bali misalnya, terimbas dengan menurunnya jumlah turis China.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dedy Darmawan, Indira Rezkisari, Sapto Andika Candra

Para pemangku kepentingan di sektor pariwisata daerah Bali mulai menyiapkan diri menghadapi dampak negatif virus corona jenis baru atau Covid-19 yang terus menelan korban jiwa. Sektor pariwisata Bali diprediksi terpukul karena merebaknya Covid-19 dapat menekan jumlah wisatawan.

Baca Juga

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyampaikan bahwa Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang terdampak Covid-19. Penyebaran Covid yang terjadi di berbagai negara jelas akan mengakibatkan gangguan mata rantai perekonomian di Bali.

Kunjungan wisman yang didominasi oleh wisatawan asal China dan Australia praktis mengalami penurunan yang signifikan bagi jumlah sumbangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Daerah Bali yang mencapai 70 persen.

"Dampaknya berbeda di setiap daerah. Di Ubud dan Sanur, dampak penurunannya sekitar 3-5 persen dan 9-10 persen. Dampak yang paling besar terjadi di Kuta. Hal ini menyebabkan lesunya aktivitas pariwisata di sejumlah kawasan sehingga beberapa restoran dan hotel mengambil langkah meliburkan pegawainya," kata Tjokorda dalam keterangannya, Kamis (13/2).

Ia mengatakan, Bali telah menyiapkan strategi untuk meminimalisir angka penurunan wisatawan. Pemerintah Bali juga akan melaksanakan sejumlah strategi seperti memaksimalkan pasar wisatawan mancanegara (wisman) dari negara yang tidak terdampak serta memaksimalkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus).

Strategi yang telah disiapkan antara lain, meminta kepada pemerintah dan maskapai untuk menambah rute penerbangan alternatif seperti dari Vietnam dan India.

Langkah lain yang dapat ditempuh yakni upaya penurunan harga tiket pesawat penerbangan domestik serta dilaksanakannya berbagai upaya pencegahan masuknya Covid-19 dengan melakukan pemasangan Thermo Scanner dan menyiagakan rujukan ke tiga rumah sakit yakni RS Sanglah, RS Sanjiwani Gianyar dan RS Tabanan.

"Pariwisata Bali telah beberapa kali menghadapi hal serupa dan terbukti dapat mengembalikan kondisi krisis menjadi seperti kondisi semula. Maka, diharapkan ancaman virus corona hanya terjadi beberapa saat sehingga laju pariwisata setempat tidak lagi lesu. Kami harapkan pelaku bersabar menghadapi situasi ini," sebut Tjokorda.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan telah terjadi sekitar 40 ribu pembatalan hotel dengan kerugian mencapai Rp 1 triliun setiap bulan. "Yang harus kita lakukan adalah mengisi kekosongan untuk mengisi kesenjangan jangka pendek yang sedang terjadi. Saat ini, kita bisa mengandalkan pasar Singapura dan domestik karena beberapa event pariwisata akan tetap dilaksanakan di Bali," katanya.

Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bali, Trisno Nugroho mengimbau agar para pelaku industri pariwisata tidak panik menghadapi situasi tersebut dengan mengubah tantangan menjadi peluang. Data mencatat angka pertumbuhan perekonomian di Bali pada 2019 mencapai 5,63 persen.

Menurut dia, perekonomian Bali masih terbilang sehat meski terjadi penurunan angka kunjungan wisman yang cukup signifikan. Banyak agenda meeting, incentives, conferencing, exhibitions (MICE) yang dibatalkan di Singapura dan Malaysia. Hal itu dapat dijadikan sebagai peluang dengan mengupayakan agar agenda tersebut dialihkan ke Bali sebagai daerah yang tidak terdampak penyebaran virus.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan bahwa pihaknya menerima masukan serta berkoordinasi dengan sejumlah Kementerian seperti Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk menyusun langkah penanggulangan secara menyeluruh. "Kami akan mengatasi kejadian ini secara bersama, maka sebelum itu kami melakukan berbagai koordinasi kepada pihak terkait," kata Wishnutama.

Indonesia berpotensi merugi 2,8 miliar dolar AS atau setara Rp 38,2 triliun dari batalnya kunjungan wisawatan China. Angka tersebut masih  berupa perkiraan, karena gejolak corona belum reda.

Angka tersebut diambil dari jumlah kedatangan turis China ke Indonesia tahun lalu, yakni sebanyak dua juta orang. Kemudian dikali dengan prakiraan rata-rata turis China menghabiskan uang selama liburan di Indonesia sebesar 14 ribu dolar AS per orang.

photo
Seorang tukang pembersih melewati kawasan perkantoran yang sepi di Beijing, Senin (10/2). Ekonomi China yang melambat akibat corona akan berdampak pula ke perekonomian dunia.

Dampak Pariwisata Dunia

Kehadiran turis China sebenarnya dinanti tidak hanya oleh Indonesia. Banyak negara dunia lainnya sudah mengharapkan kehadiran turis China di sela perbaikan ekonomi China.

Larangan maskapai terbang dari dan ke China, termasuk larangan masuknya WNA China ke berbagai belahan dunia, membuat harapan menuai pundi-pundi devisa dari turis China pupus. Dampak corona ke sektor pariwisata dunia diprediksi akan signifikan.

Ekonom Oxford memprakirakan Amerika akan mengalami kehilangan 1,6 juta turis China daratan tahun ini. Angka tersebut adalah kehilangan yang besar bagi kota seperti New York, San Francisco dan Los Angeles yang sudah lama meraih untung dari turis China selama satu dekade terakhir.

Dikutip dari CNBC, bahkan dari penurunan 4,7 persen turis China ke Amerika di sembilan bulan pertama 2019 akibat ketegangan hubungan dagang kedua negara, China tetap pemasok turis nomor tiga teresar bagi Amerika.

China juga dikenal sebagai turis yang royal. Rata-rata mereka menghabiskan 6.500 dolar AS, lebih besar dibandingkan rata-rata turis asing di AS yang menghabiskan 4.000 dolar AS saat berkunjung.

Tanpa turis China yang royal ini, bukan cuma Amerika yang terdampak. Korea Selatan, Jepang, dan Thailand juga terimbas penurunan jasa wisata, penginapan, serta makanan dan minuman.

"Jumlah turis China bertumbuh masif dalam satu dekade dan sekarang menjadi angka turis terbanyak di banyak negara di Asia," kata Alex Holmes, chief economist di Capital Economics.

Di dua tahun terakhir, sejumlah negara Asia bahkan telah berinvestasi membuat tur dan jasa wisata untuk mengakomodasi pelancong China. Di Thailand, jumlah turis China mencapai 10,5 juta di 2018. Kenaikan yang berlipat 13 kali dari 2008. Jumlah uang yang dikeluarkan turis di Thailand bahkan setara dengan 11 persen PD negaranya.

Negara lain disebutnya pula bergantung pada pendapatan dari turis. Seperti Indonesia, Kamboja, Malaysia, dan Vietnam.

Ekonom lalu memperkirakan bank sentral di Asia Pasifik bisa jadi menurunkan suku bunganya di dua kuarter mendatang untuk menenangkan dampak virus ke ekonomi. Saat ini sejumlah bisnis dan pabrik telah terdampak virus di berbagai Asia.

Tak hanya di Asia, langkah bank sentral pun mungkin dilakukan di Amerika. Oxford Economic memperkirakan, pengurangan turis China berarti akan ada 4 juta kamar kosong di AS.

Eropa pun dipastikan terdampak corona lewat berkurangnya jumlah turis China. Di setengah paruh 2019, tiga juta turis China bertandang ke Eropa. Angkanya naik 7,4 persen dibanding tahun lalu.

photo
Kamboja mengizinkan kapal pesiar MS Westerdam berlabuh dan menurunkan para penumpangnya di negara itu setelah ditolak merapat oleh lima negara atas kekhawatiran kemungkinan penumpang mengidap virus corona. Corona telah membuat pariwisata di berbagai belahan dunia terpengaruhi.

Persiapan Indonesia

Presiden Joko Widodo di awal pekan ini telah meminta jajarannya untuk mulai mengkalkulasi dampak ekonomi yang dihadapi Indonesia akibat coroba. Dalam sambutan rapat terbatas yang dipimpinnya, Jokowi mewanti-wanti menteri-menterinya untuk mengawasi sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata dalam negeri.

Ketiga sektor tersebut diyakini berpotensi terimbas dari kebijakan berbagai negara. Termasuk Indonesia, yang membatasi diri dari konektivitas transportasi ke China.

Jokowi membeberkan, China merupakan tujuan ekspor utama Indonesia dengan pangsa pasar 16,6 persen dari seluruh nilai ekspor nasional. Berdasarkan data dari Trade Map, pada 2018 nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 17,126 miliar dolar AS dari total nilai ekspor Indonesia senilai 180,215 miliar dolar AS. Nilai ekspor tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2016 dan 2017 yang masing-masing 16,785 miliar dolar AS dan 23,049 miliar dolar AS.

"Tapi juga sekaligus (China) negara asal impor terbesar Indonesia. Karena itu betul-betul harus diantisipasi dampak dari virus corona dan perlambatan ekonomi di China terhadap produk ekspor kita," kata Jokowi dalam rapat terbatas level menteri di Istana Bogor, (4/2).

Jokowi juga menilai bahwa terputusnya hubungan dagang antara China dengan sejumlah negara akibat virus corona bisa menjadi peluang Indonesia untuk mengambil ruang kosong komoditas ekspor asal China. Artinya, negara-negara yang sebelumnya mengimpor produk China bisa dialihkan ke Indonesia.

"Saya juga melihat hal ini memberikan momentum bagi industri substitusi impor di dalam negeri untuk meningkatkan produksi berbagai produk yang sebelumnya diimpor dari China," kata Presiden.

photo
Infografis Virus Corona.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement