Sabtu 15 Feb 2020 12:06 WIB

Sherpa Tolak Rencana Militer Nepal Kumpulkan Sampah Everest

Aksi mengumpulan sampah di Gunung Everest ini akan menelan biaya 7,5 juta dolar AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Base kamp di gunung Everest
Foto: Youtube
Base kamp di gunung Everest

REPUBLIKA.CO.ID, EVEREST -- Beberapa pemandu atau Sherpa mengkritik rencana pemerintah Nepal untuk membuat tentara membersihkan 77 ribu pon limbah di Gunung Everest. Mereka mengatakan, tentara tidak dapat mencapai puncak tertinggi Himalaya.

"Mereka mengumpulkan sampah dari ketinggian lebih rendah. Mereka harus memobilisasi Sherpa untuk membersihkan sampah dari tempat yang lebih tinggi," kata Sherpa yang telah mencapai puncak Gunung Everest beberapa kali bernama Kami Rita, dikutip dari CBS News, Jumat (14/2).

Baca Juga

Tugas hingga puncak Gunung Everest, menurut Rita, hanya bisa dilakukan oleh porter dan pemandu Sherpa saja. Untuk pekerjaan membersihkan gunung mereka harus mendapatkan kompensasi yang sesuai.

Laporan BBC menyatakan, pemerintah mengatakan, memberikan tugas membersihkan gunung kepada tentara akan menelan biaya total 860 juta rupee Nepal atau sekitar 7,5 juta dolar AS. Anggaran itu menimbang kondisi yang ramai pendakian sehingga  menghasilkan lebih banyak sampah dan mayat, tertinggal di ketinggian yang lebih tinggi.

"Untuk mendaki Sherpa adalah orang yang tepat untuk membersihkan puncak. Pemerintah harus mengingatnya," kata Sherpa yang telah mendaki Gunung Everest sebanyak 21 kali bernaa Purba Tashi.

Setiap tahun orang datang dari seluruh dunia untuk mendaki puncak tertinggi dunia. Pendakian yang berbahaya telah menjadi begitu populer. Gambar yang diambil di dekat puncak tahun lalu menunjukkan garis panjang pendaki yang menunggu untuk mencapai puncak, di daerah dengan kondisi ekstrim dan oksigen rendah yang dikenal sebagai 'zona kematian'.

Sampah menjadi masalah ketika sebagian besar pendaki lenyap, karena perlengkapan seperti oksigen dan tabung gas memasak, atau peralatan pendakian, tertinggal di gunung. Pendaki yang bertahan juga dipaksa untuk meninggalkan tubuh pendaki lain yang telah meninggal. Dalam beberapa kasus, mayat dan sampah telah ditinggalkan di salju dan es selama beberapa dekade.

"Sangat sulit untuk membawa kembali silinder berat atau mayat dari kamp-kamp yang lebih tinggi," kata  mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal Sherpa Ang Tshering.

Juru bicara Angkatan Darat Nepal Bigyan Dev Pandey mengatakan, dia yakin timnya akan dapat mencapai daerah atas selama pembersihan tahun ini. Tentara telah belajar dari kesalahan pada tahun-tahun sebelumnya. Operasi tersebut direncanakan akan berakhir pada 5 Juni.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement