Ahad 16 Feb 2020 19:29 WIB

Investor Kembali ke Pasar Berkembang

Hampir 730 juta dolar AS mengalir kembali ke pasar uang berkembang sepekan terakhir.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Petugas dengan pakaian pelindung bekerja di depan layar yang menunjukkan pergerakan saham di Shanghai Stock Exchange, Shanghai, China, Jumat (14/2). Investor mulai ‘kembali’ ke pasar berkembang, di tengah kekhawatiran tentang dampak virus corona terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Foto: AP Photo
Petugas dengan pakaian pelindung bekerja di depan layar yang menunjukkan pergerakan saham di Shanghai Stock Exchange, Shanghai, China, Jumat (14/2). Investor mulai ‘kembali’ ke pasar berkembang, di tengah kekhawatiran tentang dampak virus corona terhadap pertumbuhan ekonomi global.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Investor mulai ‘kembali’ ke pasar berkembang, di tengah kekhawatiran tentang dampak virus corona terhadap pertumbuhan ekonomi global. Hampir 730 juta dolar AS mengalir kembali ke pasar uang berkembang yang diperdagangkan (Exchange-traded funds/ ETFs) dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan data Lipper yang dilansir Reuters, Sabtu (15/2), aliran tersebut terjadi setelah adanya arus modal keluar dari pasar berkembang selama dua pekan berturut-turut. MSCI Emerging Market Index yang mengukur kinerja saham, telah pulih empat persen dari level terendah pada awal Februari, meskipun masih terbilang turun dibandingkan tahun lalu. 

Pada Jumat (14/2), virus corona tercatat telah menginfeksi 63.581 orang dan membunuh 1.380 orang. Tapi, para investor semakin menaruh harapan, dampak negatif virus terhadap ekonomi dapat semakin diatasi.

Sebelum ada penyebaran virus corona, saham pasar negara berkembang tercatat sudah naik sejak awal Desember. Analis memperkirakan, tren itu disebabkan oleh prediksi pertumbuhan ekonomi global yang membaik setelah Amerika Serikat dan China menyepakati perjanjian dagang Fase 1.

Pertumbuhan pasar negara berkembang tercatat berlangsung sejak akhir Oktober. Aliran modal asing terus mengalir ke dalam dan tidak ada arus keluar secara signifikan, menurut data Lipper.

Direktur di Per Stirling Capital Management, Rober Phipps, menjelaskan bahwa tren pasar berkembang yang kini membaik dinilai sebagai tanda-tanda pemulihan ekonomi. "Begitu coronavirus terhenti, saya pikir ini (pasar berkembang) akan menjadi tren utama lagi," tuturnya.

Pihpps, yang semula tidak memiliki saham pasar negara berkembang, kini sudah menambahkan mereka. Sekitar enam persen dari portofolionya merupakan saham pasar berkembang. Pelemahan dolar AS kemungkinan akan mendorong kenaikan persentas tersebut.

Sementara itu, lembaga keuangan lainnya, termasuk BlackRock, JPMorgan dan UBS Global Wealth Management, juga optimstis terhadap prospek negara berkembang pada tahun ini. Kepala Eksekutif Tallbacken Capital Advisors, Michael Purves, menjelaskan bahwa saham pasar berkembang kini sudah lebih tangguh. Sebagian besar di antaranya karena mereka sudah ‘terdiam’ begitu lama.

Sampai saat ini, dampak ekonomi dari penyebaran virus corona masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa analis memperkirakan, pertumbuhan produk dometik bruto (PDB) tahunan China bisa turun empat hingga lima persen dari prediksi pemerintah sebelumnya, enam persen.

Tapi, para investor berharap, shortfall ini hanya terbatas pada kuartal pertama. Dengan begitu, ekonomi China dapat mengejar ketertinggalan pada akhir tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement