REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Trimedya Panjaitan mengomentari hasil survei Indo Barometer yang menyebut bahwa tingkat kepuasan terhadap Wakil Presiden Ma'ruf Amin rendah. Menurutnya, wajar jika kepuasaan masyarakat terhadap Presiden Joko Widodo lebih tinggi ketimbang Ma'ruf Amin.
"Ya memang beliau (Jokowi) yang dijual kan, Pak Jokowi yang dijual. Kalau bagus pemerintahan ini Pak Jokowi dipuji, kalau enggak bagus kan Pak Jokowi juga yang dihujat," ujar Trimedya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (17/2).
Menurutnya, Jokowi tentu memiliki pertimbangan sosiologis, politis, budaya dalam memilih Ma'ruf Amin sebagai wakilnya. Karena itu, tentu ada pembagian tugas diantara keduanya.
"Kalau yang dipahami kan Pak Ma'ruf Amin lebih nanti menjaga pluralisme ini, menjaga keberagaman ini, bersinergi dengan tokoh-tokoh agama, kemudian ekonomi syariah segala macam. Kan perannya lebih ke sana," tuturnya.
Ia pun membantah bahwa rendahnya tingkat kepuasan terhadap Ma'ruf Amin lantaran Ma'ruf jarang turun ke lapangan. Menurutnya, aktivitas Ma'ruf hanya kurang terpublikasi media.
"Enggak mungkin wapres di kantor terus, merem, dan jangan diragukan fisik beliau," ucapnya.
Sebelumnya, Lembaga Indobarometer merilis hasil survei mereka terhadap kepuasan publik terhadap 100 hari kinerja presiden dan wakil presiden serta kabinet Indonesia Maju. Hasil survei yang dilakukan mendapati bahwa kepuasan publik terhadap kinerja wakil presiden masih berada di bawah 50 persen.
Sebesar 43,7 persen publik mengaku cukup puas dan 5,9 persen sanhat puas dengan kinerja wakil presiden Ma'ruf Amin. Sedangkan 32,7 persen mengkau kurang puas dan 4,8 persen tidak puas sama sekali. Sementara 12,9 persen merespons tidak menjawab atau tidak tahu.
Survei juga mendapati bahwa kepuasan publik terhadap kinerja 100 hari Presiden Joko Widodo sebesar 54,3 persen. Sedangkan 33,8 persen mengkau kurang puas dan lima persen memilih tidak menjawab atau tidak tahu.
Direktur Indobaromater M Qodari menilai wajar adanya selisih perbedaan antara presiden dan wakil presiden dalam tingkat kepuasan masyarakat. Dia mengatakan, posisi presiden yang biasanya lebih menonjol menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan tersebut.
"Pasti memang jomplang antara presiden dan wakil presiden dan biasanya wakil presiden memang lebih rendah, tapi biasanya nggak jauh, tapi ini jauh ya," kata M Qodari dalam konferensi pers di Jakarta, Ahad (16/2).