Selasa 18 Feb 2020 16:06 WIB

Tiga WNI ABK Diamond Princess Positif Corona

Sebanyak 446 orang dalam kapal Diamond Princess positif corona.

Ambulans meninggalkan pelabuhan tempat kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina berlabuh pada hari Ahad, (16/2), di Yokohama, dekat Tokyo. Tiga WNI ABK Diamond Princess terkonfirmasi positif corona.
Foto: AP/Jae C Hong
Ambulans meninggalkan pelabuhan tempat kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina berlabuh pada hari Ahad, (16/2), di Yokohama, dekat Tokyo. Tiga WNI ABK Diamond Princess terkonfirmasi positif corona.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira

Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di kapal pesiar Diamond Princess terkonfirmasi positif virus corona jenis baru atau Covid-19. Kabar tersebut muncul di penghujung masa karantina penumpang kapal yang seharusnya berakhir besok (19/2).

Baca Juga

"Berdasarkan komunikasi terakhir termasuk pembicaraan dengan Duta Besar Jepang maka diperoleh informasi tiga dari 78 kru WNI dinyatakan confirm (positif Covid-19)," ujar Menlu Retno selepas menyambut tim penjemput WNI dari Hubei di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (18/2).

Menurut Informasi yang didapatnya dari Jepang, tiga kru WNI menambah total 446 penumpang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Total orang yang berada di dalam kapal adalah 3.711. Mereka terdiri dari 2.666 penumpang dan 1.045 awak kapal yang berasal dari 56 negara di dunia.

"Dari tiga WNI yang positif, dua di antaranya dibawa ke rumah sakit di kota Chiba, Jepang, sementara yang satu sedang dalam proses menuju rumah sakit. Per detik ini pun saya belum tahu satu WNI dibawa ke rumah sakit mana," ujar Menlu Retno.

Retno mengatakan, tim Kedutaan Besar (KBRI) di Tokyo sudah berada di Chiba. Tim KBRI dengan cekatan memeriksa WNI guna memastikan WNI mendapatkan penanganan yang baik dari otoritas Jepang.

"KBRI juga melakukan komunikasi dengan pada kru WNI yang masih ada di dalam kapal. Kemarin saya melakukan komunikasi dengan perwakilan ABK di kapal tersebut melalui telepon. Kita sampaikan mengenai perhatian yang besar pemerintah, termasuk saya melakukan pembicaraan dengan Dubes Jepang," katanya.

Dalam jadwalnya, Rabu (19/2) sore, Menlu Retno akan bertolak ke Laos untuk menghadiri pertemuan para menteri luar negeri ASEAN dan China. Pertemuan tersebut nantinya akan membicarakan tidak lain tentang penanganan Covid-19.

"Per detik ini, perkembangan akan terjadi terus. Sekali lagi, Pemerintah RI memberikan perhatian besar, kita lakukan komunikasi dan koordinasi dalam hal ini adalah Jepang, kita memberikan upaya yang terbaik bagi WNI kita," ujarnya.

Kapal pesiar Diamond Princess akan menyelesaikan masa karantina Rabu (19/2). Sejak 3 Februari lalu, kapal tersebut dikarantina oleh sebab awal kedapatan seorang pria dari Hong Kong yang positif terpapar Covid-19. Seiring berjalannya waktu otoritas Jepang mengumumkan adanya kasus baru dari virus yang bermuara dari Wuhan, Hubei, Cina itu.

Per Selasa (18/2), Komisi Kesehatan Nasional Cina mencatat infeksi virus corona baru dalam sehari bertambah 98 orang. Sehingga secara total jumlah korban meninggal akibat virus ini mencapai 1.868.

Secara total penduduk di dunia yang terkena virus itu mencapai 73.325 orang. Pemerintah China melaporkan sampai saat ini ada 12.552 orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Di Indonesia, hingga saat ini belum ditemukan kasus corona jenis baru. WNI yang pertama diketahui positif corona tinggal di Singapura, kondisinya kini disebut sudah stabil. WNI lainnya yang positif corona adalah tiga ABK yang berada di Diamond Princess.

Pemerintah Jepang berupaya menyelesaikan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh orang di kapal pesiar Diamond Princess. Pasalnya masa karantina 14 hari akan selesai besok Rabu (19/2) waktu setempat.

Seluruh penumpang dan kru kapal yang berjumlah 3.711 telah diuji apakah mereka terinfeksi virus atau tidak. Berdasarkan informasi yang diperoleh, 466 orang penumpang maupun kru positif terpapar Covid-19.

Jepang telah menghadapi kritik atas penanganannya terhadap situasi ini. Belasan infeksi baru terdeteksi hampir setiap hari sejak kapal itu tiba di pelabuhan Yokohama, Jepang, pada awal Februari.

Meski demikian, pihak pemerintah Jepang telah mempertahankan pendekatannya. Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato menegaskan lagi pada Selasa bahwa penumpang yang dites hasilnya negatif akan diizinkan meninggalkan kapal mulai Rabu. "Kami telah melakukan tes untuk semua orang (di kapal)," katanya kepada wartawan dikutip Channel News Asia, Selasa (18/2).

"Beberapa hasil telah keluar, dan bagi mereka yang hasil tesnya sudah jelas, kami bekerja untuk mempersiapkan keberangkatan dari tanggal 19," katanya menambahkan. Kato mengatakan proses itu akan berlangsung dua atau tiga hari.

Namun demikian, mereka yang memiliki kontak dekat dengan orang-orang yang telah dites positif akan melakukan karantina mereka kembali ke tanggal kontak terakhir mereka dengan orang yang terinfeksi. Awak kapal juga diharapkan untuk tetap mengamati periode karantina lain setelah penumpang terakhir meninggalkan kapal.

Sejauh ini, Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, Hong Kong dan kini Korea Selatan mengatakan, akan mengevakuasi warganya dari kapal. Korea Selatan akan mengirim pesawat kepresidenan pada Selasa ini untuk terbang kembali membawa empat warga negara dan satu pasangan Jepang.

Terdapat 14 warga Korea Selatan di kapal, tetapi sepuluh lainnya menolak untuk dievakuasi dari kapal karena mereka tinggal di Jepang, demikian laporan dari kantor berita Yonhap. Pada Senin pagi, lebih dari 300 warga AS dievakuasi dari kapal, di antara mereka, terdapat 14 orang yang telah dinyatakan positif terkena virus.

Warga AS seperti halnya warga negara dari negara lain yang dievakuasi dari kapal, harus menjalani karantina 14 hari lagi. sementara itu, Kanada mengatakan bahwa pihaknya mengamankan penerbangan carteran untuk memulangkan warga Kanada dari kapal Diamond Princess, meski tidak memberikan rincian kapan proses itu akan berlangsung. Terdapat 256 warga Kanada di dalam kapal, dengan 32 sejauh ini dinyatakan positif virus.

Pemerintah asing menyatakan keputusan mereka untuk memindahkan warga negara sebagai upaya mengurangi beban otoritas Jepang. Kendati begitu, banyak yang menafsirkan evakuasi sebagai kritik terhadap penanganan situasi Tokyo.

AS dan Australia telah memberi tahu warga bahwa jika mereka menolak evakuasi dan karantina 14 hari tambahan, mereka tidak akan diizinkan pulang setidaknya selama dua minggu. Hal ini menunjukkan negara mereka tidak percaya karantina berbasis kapal telah berfungsi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement