REPUBLIKA.CO.ID, oleh RR Laeny Sulistyawati, Puti Almas
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tiga warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan anak buah kapal (ABK) pesiar Diamond Princess dalam kondisi stabil. Ketiganya menjalani perawatan medis di rumah sakit (RS) Jepang.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kemenkes Achmad Yurianto membenarkan, dari 78 ABK Diamond Princess, tiga diantaranya terkonfirmasi positif corona. "Tiga orang itu sudah dirawat di RS oleh otoritas kesehatan Jepang. Terakhir kondisinya stabil," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara rapat kerja kesehatan nasional (rakerkesnas) 2020, di JI Expo, Jakarta, Rabu (19/2).
Kendati demikian, pihaknya enggan menyebutkan lokasi persis di mana tiga WNI itu dirawat. Ia menyebutkan, sebenarnya data rumah sakit hingga tentang nama tiga WNI tersebut telah diberikan oleh otoritas Jepang kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
"Data itu ada (nama tiga WNI dan dirawat di mana) tetapi kami tidak boleh mengumumkan karena ini memang etika," ujarnya. Pemerintah Jepang tidak akan pernah mengumumkan dirawat di RS agar tidak menimbulkan kegelisahan bagi pengguna jasa RS yang lain.
Tak hanya itu, pihaknya juga menolak mengungkap identitas WNI dengan alasan etika. Kemenkes percaya pemerintah Jepang akan memberikan pwrawatan medis hingga kondisinya membaik.
Disinggung mengenai lama perawatan tiga WNI tersebut, pihaknya tak bisa memastikan. Yuri menegaskan, tiga WNI ini akan dirawat sampai sembuh. "Yang jelas kami tidak meragukan kapasitas yang dimiliki otoritas Jepang melakukan layanan ini," katanya.
Tadi pagi, ratusan penumpang yang dinyatakan negatif virus Corona mulai meninggalkan kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama, Jepang, setelah karantina dilakukan selama dua pekan. Dalam laporan yang disiarkan stasiun televisi negara itu, sebagian besar orang terlihat keluar dari kapal dan meninggalkan dermaga.
Sebagian orang dari kapal terlihat menunggu bus yang akan menjemput mereka dan lainnya menggunakan taksi. Otoritas kesehatan Jepang mengatakan hanya sekitar 500 penumpang yang dapat diturunkan dari Diamond Princess. Sedangkan 2.500 lainnya masih harus mengikuti karantina lebih lanjut selama dua hari ke depan.
Seorang penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang turun dari kapal dikerubuti wartawan pada Rabu (19/2). Sekitar 500 orang diperkirakan akan turun dari kapal usai jalani 14 hari karantina.
Setengah dari penumpang kapal pesiar tersebut adalah warga Jepang. Bagi mereka yang tinggal di negara itu kemudian juga diminta untuk melaporkan jika mengalami gejala-gejala infeksi COVID-19.
Dilansir The Guardian, para penumpang yang turun terlihat dikawal oleh pasukan keamanan, termasuk salah satunya seorang laki-laki berusia lanjut yang menggunakan kursi roda dan masker. Penumpang yang masih harus berada dalam kapal terlihat melambaikan tangan mereka dari balkon kabin.
“Saya cukup khawatir jika saya dalam keadaan baik-baik saja untuk turun dari kapal, tetapi secara fisik semakin sulit. Untuk saat ini kami hanya ingin merayakannya,” ujar seorang pria berusia 77 tahun yang diperbolehkan meninggalkan Diamond Princess bersama dengan istrinya kepada Kyodo News.
Selain negatif virus Corona, orang-orang yang diturunkan dari Diamond Princess adalah mereka yang tidak berbagi kabin dengan penumpang terinfeksi. Siapapun yang pernah melakukan kontak dengan penumpang terinfeksi harus menjalani karantina tambahan selama 14 hari lagi.
Operator Diamond Princess dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa 169 orang yang positif terinfeksi virus Corona di kapal pesiar itu masih berada di sana. Mereka sedang menunggu untuk dibawa ke rumah sakit guna mendapat penanganan lebih lanjut.
Kasus infeksi virus Corona di Diamond Princess menjadi yang kedua terbesar setelah daratan Cina. Pada awalnya, karantina dilakukan setelah kapal pesiar itu tiba di Yokohama pada 3 Februari lalu.
Karantina dilakukan saat diketahui seorang pria yang melakukan perjalanan dengan kapal tersebut turun di Hong Kong dan didiagnosis terkena virus Corona. Sekitar 3.700 orang berada di atas kapal pesiar dengan jumlah awak 1.100 dan kapasitas penumpang 2.670.
Dalam keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Diamond Princess melalui situsnya, sudah ada tiga negara yang berkoordinasi dengan pihak kapal untuk menjemput warga negaranya. Negara itu adalah Kanada, Australia, dan Hong Kong. Setiba di negaranya nanti, penumpang dan ABK tersebut masih akan menjalani lagi karantina tambahan selama 14 hari.
Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, proses mengeluarkan penumpang dan ABK dari Diamond Princess akan berlangsung selama beberapa hari. Karena seluruh penumpang dan ABK harus dites lebih dulu dan tes tersebut butuh dua hari untuk rampung.
Bus-bus tiba di pelabuhan saat Pasukan Bela Diri Jepang bersiap untuk memindahkan penumpang Amerika dari kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina Ahad, (16/2) di Pelabuhan Yokohama, dekat Tokyo.
Sertifikat negatif Covid-19 kemudian akan diberikan untuk memudahkan penumpang dan ABK Diamond Princess keluar kapal. Princess Cruises juga akan memonitor mereka yang positif corona dan akan menawarkan bantuan pulang ke rumah masing-masing setelah pulih dari corona.
Kondisi ini membuat perusahaan memberi kebijakan mengembalikan seluruh biaya yang sudah dikeluarkan penumpang untuk perjalanan dengan pesiar ini. Termasuk biaya penerbangan, hotel, transportasi, dan lainnya. Penumpang juga tidak akan dikenai biaya tambahan selama masa karantina di kapal.
Nantinya perusahaan justru akan memberikan penumpang kredit yang bisa digunakan untuk perjalanan di akan datang. Nilai kredit setara biaya perjalanan dengan kapal pesiar yang sudah dibeli.
Bila negara lain sudah mulai menjemput warga negaranya, belum ada kepastian kapan Pemerintah akan memulangkan 75 ABK WNI yang masih berada di kapal. "Kami akan menjemput mereka (75 ABK Diamond Princess). Kendati demikian, kami masih mengkaji kapan waktu mengevakuasi mereka karena masih mengkaji kok menjelang akhir observasi hari ke-14 ada yang positif (terinfeksi virus?) bagaimana kalau nanti menularkan? Makanya harus dihitung lagi dan kami tidak bisa buru-buru," ujar Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kemenkes Achmad Yurianto.
Ia menyebutkan fakta bahwa penumpang maupun ABK ada yang mulai terinfeksi di hari kelima. Kemudian penumpang lainnya sakit di keesokan harinya yaitu hari keenam, dan WNI tercatat terinfeksi di hari kesepuluh.
Pihaknya mengakui, hal ini menjadi kesulitan tersendiri mengapa penanganannya sedikit berbeda. Apalagi, dia melanjutkan, kapal pesiar itu memiliki sirkulasi udara relatif tertutup dan memungkinkan cepatnya penyebaran virus. Tak heran, ia mengungkap kemungkinan kapal ini beserta dengan seluruh isinya termasuk ABK besar diobservasi lebih dari 14 hari.
Rumitnya penularan virus di kapal ini, dia melanjutkan, membuat negara lain seperti otoritas Hong Kong juga mengirimkan tim medis terlebih dahulu ke kapal itu. "Mereka menghitung kemungkinan evakuasi warganya. Jadi (kasus virus COVID-19) di Diamond Princess tak sederhana, agak rumit," ujarnya.
Apalagi, dia menambahkan, belum ada pedoman yang dibuat pihak berwenang Jepang untuk menjemput penumpang dan ABK dalam kapal.