REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG — Seorang petugas kepolisian Hong Kong dilaporkan terinfeksi virus corona pada Jumat (21/2). Itu merupakan kasus pertama yang ditemukan di antara pasukan keamanan kota administrasi khusus China tersebut.
Setelah temuan virus corona di antara petugas kepolisian, karantina dilakukan dilakukan di antara pasukan keamanan yang sempat berada di sekitarnya maupun yang melakukan kontak langsung karena khawatir penularan lebih lanjut. Sebelumnya, petugas berusia 48 tahun itu sempat menghadiri jamuan makan bersama 59 polisi lainnya di distrik barat Hong Kong pada 18 Februrari.
Kepolisian Hong Kong mengatakan semua orang yang hadir pada jamuan makan itu dikarantina. Pihaknya mengaku sangat khawatir atas temuan virus corona jenis baru diantara petugas mereka dan kerja sama sedang dilakukan dengan Departemen Kesehatan untuk mengendalikan potensi penyebaran.
“Polisi sangat prihatin dengan insiden itu dan secara aktif bekerja sama dengan Departemen Kesehatan," ujar Kepolisian Hong Kong dalam sebuah pernyataan di mana Facebook, dilansir The Strait Times, Jumat (21/2).
Hong Kong mengkonfirmasi sebanyak 69 kasus virus corona di kota itu dan ada dua kematian sejauh ini. Kasus COVID-19 yang ditemukan di sana terjadi diantaranya pada seorang pekerja di restoran cepat saji dan sopir taksi yang telah melakukan kontak dengan banyak orang.
Anggota parlemen Hong Kong rencananya membahas mengenai paket bantuan senilai 30 miliar dolar Hong Kong untuk membantu usaha kecil dan menengah, serta otoritas rumah sakit yang berjuang mengatasi wabah virus corona. Di kota bekas jajahan Inggris tersebut, perekonomian telah terpuul dengan keras atas sejumlah peristiwa, mulai dari gelombang demonstrasi sejak Juni 2019, hingga kini dengan adanya ancaman epidemi yang mematikan.
Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah dianggap lamban mengatasi krisis yang terjadi di kota itu. Para kritikus menyuarakan kemarahan, terlebih dengan sikap Lam yang masih enggan menutup seluruh perbatasan dengan daratan China, tempat virus corona jenis baru berasal. Menurutnya, hal itu tidak pantas dilakukan dan dinilai diskriminatif.
Virus corona jenis baru pertama kali ditemukan pada Desember 2019, dengan dugaan bahwa orang-orang terinfeksi setelah terpapar virus dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China. Di pasar itu, tidak hanya berbagai jenis makanan laut yang dijual, tetapi terdapat juga hewan-hewan liar yang diperdagangkan dan diyakini sebagai sumber infeksi, salah satunya kelelawar buah.
Di daratan China, jumlah keseluruhan korban yang meninggal akibat COVID-19 telah mencapai lebih dari 2.100 jiwa dan menginfeksi hampir 75 ribu orang. Kemudian, beberapa negara lainnya juga melaporkan kasus virus corona, seperti Prancis, Filipina, dan Taiwan yang masing-masing telah mencatat masing-masing satu kematian. Kemudian Iran dengan dua kematian dan Jepang memiliki tiga.
Jepang juga menjadi negara kedua yang memiliki kasus virus corona terbesar setelah daratan China, dengan lebih dari 400 orang yang dilaporkan terinfeksi. Jumlah kasus COVID-19 di negara itu meningkat dengan temuan virus di kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama dan langsung dikarantina sejak 3 Februari lalu.
Pada awalnya, karantina dilakukan setelah kapal pesiar itu tiba di Yokohama, Jepang saat diketahuinya seorang pria yang melakukan perjalanan dengan kapal tersebut turun di Hong Kong dan didiagnosis terkena virus tersebut. Sekitar 3.700 orang berada di atas kapal pesiar, dengan jumlah awak 1.100 dan kapasitas penumpang 2.670.
Lebih dari 100 penduduk Hong Kong yang merupakan penumpang di kapal pesiar Diamond Princess diperkirakan akan kembali ke Hong Kong dengan penerbangan sewaan pemerintah pada Jumat (21/2) malam ini atau Sabtu (22/2) besok. Gelombang pertama dari 106 penumpang tiba di wilayah Cina pada Kamis (20/2) kemarin.
Pihak berwenang mengatakan, 66 dari 364 penduduk Hong Kong di kapal itu terinfeksi virus corona. Mereka akan tetap berada di Jepang bersama 41 warga negara lain yang berhubungan dekat atau telah melakukan kontak.