REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, lonjakan kasus corona di Iran menjadi perhatian sekaligus keprihatinan utama. Sebab, negara itu pada dasarnya tak memiliki hubungan langsung dengan China terkait penyebaran virus.
Dilansir dari Saudigazzete, Senin (24/2) Iran diketahui telah mengisolasi diri dari beberapa negara tetangga termasuk Afghanistan, Pakistan, Turki dan Yordania. Upaya itu dilakukan dengan menutup perbatasan atau membuat larangan perjalanan dari dan ke Iran.
Hal serupa juga dikhawatirkan oleh negara-negara tetangga Iran. Salah satunya Afganistan, yang juga menutup akses hilir mudik Iran.
Selain dari banyaknya perbatasan kedua negara yang kopong, ketakutan para pengungsi Afganistan juga meningkat. Utamanya, kekhawatiran virus itu dapat menyebar dengan mudah di perbatasan.
"Untuk mencegah penyebaran coronavirus dan melindungi masyarakat, Afghanistan menangguhkan semua pergerakan penumpang (udara dan darat) ke dan dari Iran," kata kantor Dewan Keamanan Nasional Afghanistan dalam sebuah pernyataan.
Seraya dengan Afghanistan, Kuwait juga mulai mengantisipasi penyebaran virus di perbatasan. Bahkan, Kuwait dilaporkan telah mengirim pesawat untuk mengevakuasi 900 warga negaranya dari Iran.
Dalam prosesnya, warga Kuwait di Iran itu, dipulangkan dengan enam penerbangan terpisah. Lebih lanjut, Turki juga dilaporkan menutup perbatasannya dengan Iran. Meski hanya bersifat sementara, pengawasan Turki di perbatasan itu dinyatakan cukup ketat.
"Kami telah memutuskan untuk menutup perbatasan darat sementara setelah peningkatan jumlah kasus di negara tetangga kami Iran," Ucap Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca.
Dia menegaskan, perbatasan darat yang disambungkan dengan kereta api juga telah ditutup sejak Ahad (23/2). Sambung dia, meski lalu lintas udara dari Iran ke Turki dihentikan, namun keberangkatan ke Iran dari Turki masih berlanjut.
Dari laporan terakhir, Iran menyebut ada delapan kematian akibat virus corona di negaranya. Namun demikian, terkait masifnya korban itu, banyak yang menilai bahwa Corona hanya menjadi alat sabotase bagi pemilu Iran.
Namun, tetap saja, jumlah korban meninggal di negara tersebut terbilang cukup besar. Utamanya untuk negara selain China.