Rabu 26 Feb 2020 18:26 WIB

Banjir Karawang, Warga Masih Bertahan di Pengungsian

ratusan rumah di wilayah tersebut masih terendam banjir sejak Senin (24/2) lalu

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Petugas Basarnas mengevakuasi warga terdampak banjir di Desa Purwasari, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2). Banjir mengakibatkan sejumlah gardu listrik di Karawang dipadamkan untuk keselamatan warga.
Foto: ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Petugas Basarnas mengevakuasi warga terdampak banjir di Desa Purwasari, Karawang, Jawa Barat, Selasa (25/2). Banjir mengakibatkan sejumlah gardu listrik di Karawang dipadamkan untuk keselamatan warga.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Banjir masih melanda di Kabupaten Karawang. Sejak Senin (24/2) banjir memggenangi pemukiman yang berdampak pada ribuan warga mengungsi ke tempat lebih aman. Warga di Dusun Kampek, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat masih memilih bertahan di pengungsian sementara.

Pasalnya ratusan rumah di wilayah tersebut masih terendam banjir sejak Senin (24/2) lalu. Ketinggian air berkisar 50-200 centimer atau mulai dari lutut hingga melebihi kepala orang dewasa. Hingga Rabu (26/2) sore genangan air masih cukup tinggi. Sawah-sawah tenggelam karena luapan air yang berasal dari Sungai Cibeet. Warga memilih bertahan di tenda-tenda darurat yang dibangun secara mandiri oleh warga di pinggir jalan yang tidak tergenang air.

Salah seorang warga, Wasem (37) mengatakan banjir kali ini baru pertama kali dialaminya lagi setelah tujuh tahun lalu. Luapan air sangat besar hingga merendam rumahnya setinggi satu meter yang berada tepat di pinggir saluran irigasi sekunder.

“Biasanya nggak pernah sampai sini banjirnya. Ini baru kerendam lagi kayak gini,” kata Wasem.

Menurutnya dibanding kemarin, banjir mulai surut namun belum signifikan. Melihat cuaca yang masih mendung, ia dan warga lainnya khawatir air akan kembali datang dan meninggi. Ia pun memilih membuat tenda seadanya dengan memggunakan terpal di pinggir jalan karena air masih cukup tinggi. Ditambah barang-barang di dalam rumah juga basah tergenang air.

“Pakaian semua kerendam, lemari kebalik, kasur nggak tahu jadi apa,” ujarnya.

Akibat banjir ini, kata dia, anak-anaknya juga tidak sekolah. Mengingat bangunan sekolah juga masih terendam banjir. Aktivitas sehari-hari juga lumpuh. Suaminya tidak bisa bekerja sebagai buruh bangunan seperti hari-hari biasanya.

“Ya mengandalkan bantuan saja sekarang mah. Bantuan makanan, minuman, baju alhamdulillah dikasih walaupun sambil berebutan juga,” kata dia.

Ia pun berharap pemerintah bisa mencari solusi permasalahan banjir ini. Apalagi banjir yang terjadi semakin parah pada tahun ini. Pemerintah dikatakannya harus bisa mencari solusi agar bencana banjir tidak kembali menjadi tamu langganan setiap tahunnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement