REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kepolisian Hong Kong melepaskan tembakan gas air untuk membubarkan ratusan massa yang berpakaian hitam-hitam. Demonstran Hong Kong turun ke jalan untuk menandai enam bulan peristiwa polisi menyerbu stasiun subway dan menangkap beberapa pengunjuk rasa.
Saat dilempari botol plastik dan payung oleh pengunjuk rasa. Seorang petugas polisi menarik pistolnya tapi tidak melepaskan tembakan.
Wabah virus korona sempat menghentikan unjuk rasa antipemerintah yang berlangsung sejak bulan Juni lalu. Unjuk rasa-unjuk rasa di wilayah otonom China itu kerap berakhir dengan bentrokan.
Pada Ahad (1/3) ratusan pengunjuk rasa berkumpul di dalam dan sekitar distrik Mong Kok dan stasiun subway Prince Edward. Tempat bentrokan berdarah terjadi pada 31 Agustus 2019 lalu.
Polisi melepaskan tembakan gas air mata yang dibalas pengunjuk rasa pro demokrasi dengan bom molotov. Beberapa orang bersorak 'Bebaskan Hong Kong, Revolusi di masa kami', sementar ayang lainnya meminta pasukan polisi dibubarkan.
Saat jumlah pengunjuk rasa terus bertambah, beberapa orang melakukan pembakaran di Nathan Road, distrik Kowloon. Pembakaran ini menimbulak kabut pekat dan asap membubung tinggi di udara pusat daerah perbelanjaan itu.
Polisi merespons dengan menyemprotkan semprotan merica dan gas air mata. Seorang pengunjuk rasa melepar bom molotov ke arah mobil polisi tapi meleset.
Beberapa pengunjuk rasa lainnya memblokir jalan. Stasiun subway Mong Kok ditutup.
Dalam pernyataaannya polisi mengatakan dalam membubarkan dan melakukan operasi penangkapan mereka menggunakan 'kekuatan minimal yang dibutuhkan'. Polisi juga meminta anggota masyarakat untuk segera meninggalkan daerah tersebut.