REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong mengevakuasi 533 warganya yang berada di Provinsi Hubei, Cina, Selasa (3/3). Hubei merupakan pusat atau sumber wabah virus corona tipe baru, Covid-19.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan telah mencarter empat pesawat untuk menjemput warganya. Pesawat tersebut dijadwalkan kembali ke Hong Kong pada Rabu dan Kamis.
Setelah tiba, 533 warga Hong Kong itu akan menjalani masa karantina selama 14 hari. Keputusan Hong Kong yang baru mengevakuasi warganya dinilai terlambat. Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, Jerman, dan Korea Selatan, telah melakukan itu pada akhir Januari atau awal Februari.
Namun Carrie Lam tak menganggap proses evakuasi warganya terlambat. “Kami tidak merasa kami telah menunda kembalinya orang-orang Hong Kong yang terjebak di Hubei. Sejauh yang saya tahu, bahkan hingga saat ini, masih ada larangan yang jelas tentang pengaturan keluar dari Provinsi Hubei,” ujarnya.
“Segera setelah kondisi siap bagi kami untuk membantu warga Hong Kong kembali ke Hong Kong, kami segera membuat pengaturan untuk melakukannya,” kata Lam menambahkan.
Hong Kong menangani setidaknya 100 pasien Covid-19. Dua orang telah dilaporkan meninggal di sana.
Pada akhir Januari lalu, serikat buruh Hong Kong, termasuk pekerja rumah sakit dan kereta api, mendesak pemerintah menutup akses perbatasan dengan Cina daratan. Hal itu dilakukan guna menghentikan penyebaran virus corona yang semakin masif.
Namun Carrie Lam tak menyambut positif seruan dan aspirasi tersebut. Dia menilai penutupan perbatasan dengan China merupakan langkah yang kurang pantas dan tidak praktis.