Rabu 04 Mar 2020 18:24 WIB

Penimbun Masker Ditangkap, Pasar dan Apotek Disidak

Polisi menetapkan tersangka penimbun masker yang menjual barangnya melalui Instagram.

Anggota Opsnal Polres Pangkalpinang melakukan penggerebekan salah satu toko yang menjual masker dengan harga tinggi di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (4/3/2020).
Foto: Antara/Anindira Kintara
Anggota Opsnal Polres Pangkalpinang melakukan penggerebekan salah satu toko yang menjual masker dengan harga tinggi di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (4/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Febrian Fachri

Instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Kapolri pada Selasa (3/3) untuk menindak tegas para penimbun masker di tengah momen masuknya virus corona di Indonesia langsung ditindaklajuti lewat proses penegakan hukum oleh pihak kepolisian. Polda Metro Jaya contohnya, pada hari yang sama berhasil mengungkap praktik penimbunan masker di sebuah apartemen di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Baca Juga

"Benar (polisi mengungkap praktik penimbunan masker)," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus, Selasa (3/3) malam.

Dari apartemen tersebut, petugas kepolisian menyita sebanyak 350 kardus masker dari lokasi kejadian. Pada Rabu (4/3), Polsek Tanjung Duren kemudian menetapkan satu orang tersangka terkait dugaan penimbunan masker tersebut. Satu orang tersangka itu berinisial TVH (19 tahun).

Yusri menerangkan, pengungkapan itu berawal dari adanya informasi masyarakat kepada polisi mengenai sebuah akun Instagram yang menjual dan memamerkan tumpukan masker. Yusri menyebut, tersangka diketahui menjual masker-masker tersebut secara online melalui media sosial Instagram.

"Selanjutnya berdasarkan info tersebut tim Reskrim Polsek Tanjung Duren melakukan penyelidikan. Kemudian dari hasil penyelidikan diperoleh hasil bahwa akun instagram tersebut atas nama Helena milik TVH dan tinggal di Apartement Royal Mediterania Tanjung Duren Jakarta Barat," kata Yusri saat dikonfirmasi, Rabu (4/3).

Yusri mengungkapkan, tersangka ditangkap di dalam lift saat membawa tiga kardus besar berisi masker, Selasa (3/3). Polisi kemudian menggeledah kamar apartemen dan menemukan ratusan masker.

Dia menuturkan, polisi menyita ratusan masker berbagai merek. Di antaranya 120 kotak masker merk Sensi, 153 kotak masker merk Mitra, 71 kotak masker merk Prasti, serta 15 kotak masker merk Facemas.

Kepada polisi, tersangka mengaku masker itu dia beli dari supermarket dan sengaja dikumpulkan. Sebab, setelah virus corona masuk ke Indonesia, masker menjadi barang langka dan harganya melambung. Tersangka pun menjual masker itu dengan harga tinggi.

"Diketahui oleh tersangka bahwa di pasaran sangat sulit ditemukan masker muka," papar Yusri.

Saat ini, sambung Yusri, tersangka dan barang bukti telah dibawa ke Polsek Tanjung Duren untuk pemeriksaan lebih intensif. Polisi pun masih menyelidiki kasus tersebut. Atas perbutannya tersebut, pelaku terancam dikenakan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Pada Rabu, kata Yusri, polisi juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) penjualan masker ke Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Yusri menyebut, setiap orang nantinya hanya akan diperbolehkan membeli maksimal lima boks masker. Tujuannya untuk mengantisipasi penimbunan masker sehingga tidak menyebabkan kelangkaan barang di pasaran.

"Ada surat edaran yang dikeluarkan kalau setiap orang yang membeli maksimal hanya boleh lima kotak (masker) saja," ujar Yusri.

Selain itu, sambung Yusri, polisi juga akan mengawasi lonjakan kenaikan harga masker di pasaran. Dia mengimbau para pedagang dan distributor tak menaikkan harga masker.

"Kemudian juga mengimbau kepada para pedagang agar tidak menjual (masker) dengan harga tinggi ya karena ini bisa merugikan masyarakat," ungkap Yusri.

Dalam sidak tersebut, polisi menemukan fakta jika pedagang terpaksa menjual masker dengan harga tinggi karena harga tinggi yang dipatok para distributor. Saat mendatangi beberapa toko di pasar itu, diktetahui satu boks masker dijual sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu. Padahal, awalnya sebelum virus corona menyebar, harga satu boks masker sekitar Rp 25 ribu.

Oleh karena itu, lanjut Yusri, polisi tak segan menindak oknum-oknum tak bertanggung jawab yang menimbun untuk menaikkan harga masker di pasaran. "Ada beberapa toko yang kendalanya masih ada distributor-distributor yang menjual (masker) ke toko-toko dengan harga tinggi," ungkap Yusri.

"Kita dalam hal ini Polda Metro Jaya akan terus sidak semuanya dan menindak penimbun yang ada. Ini merugikan masyarakat," lanjutnya.

Berdasarkan pantauan Republika pada Senin (2/3), sentra alat dan produk kesehatan Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, dipadati pembeli masker. Kepadatan di pasar itu terjadi setelah pemerintah mengumumkan secara resmi dua warga positif terjangkit virus corona (Covid-19).

"Saya diminta perusahaan mencari masker 3M 820 tapi harganya luar biasa mahal," kata salah satu karyawan swasta di Jakarta, Nando (48) di Pasar Pramuka.

Masker 3M 820 seharga Rp1,5 juta per kotak berisi 29 biji yang diklaim sejumlah pedagang berstandar internasional dibutuhkan perusahaan yang bergerak di bidang ekspedisi itu untuk dipakai 30 karyawan saat bekerja.

"Permintaan kantor ini beberapa saat setelah Presiden Joko Widodo ngumumin di televisi kalau sudah ada warga kita yang kena corona," ujarnya.

Situasi Pasar Pramuka yang ramai konsumen hari ini dibenarkan Ikhsan (31) pemilik Toko Ayang Farma di lantai dasar Blok AKS 7. "Stok yang saya punya 500 box jenis 3 Ply sudah habis semua, sisanya jenis 3M 1860 seharga Rp2 juta per box isi 20 pc dan 3M 820 seharga Rp1,5 juta per box isi 20 pc," katanya.Konsumen lainnya, Rena (32) mengaku sedang mencari masker jenis N-95 dan 3 Ply.

Sidak di daerah

Tidak hanya di Jakarta, sidak juga dilakukan oleh aparat kepolisian di daerah. Kabid Humas Polda Sumatera Barat Komisaris Besar Polisi Stefanus Satake Bayu Setianto mengatakan pihaknya sudah mulai melakukan sidak pejualan masker di seluruh daerah di Sumatera Barat selama dua hari terakhir.

"Memang sudah ada instruksi dari Presiden ke Polri dan ke Polda. Kami akan mengecek ke toko-toko dan juga distributor," kata Satake di Markas Polda Sumbar di Padang, Rabu (4/3).

Satake menyebut, sidak dilakukan di seluruh kabupaten dan kota di Sumbar. Sejak kemarin, Selasa (3/3) hingga hari ini menurut Satake pihaknya belum menemukan adanya aktivitas penimbunan masker. Tetapi, memang kepolisian mendapati adanya kenaikan harga masker dibandingkan hari-hari biasa sebelum isu virus corona ini menjadi perhatian dunia.

"Hasil temuan di lapangan memang ada beberapa apotek yang menjual harga agak lebih tinggi dari biasanya. Pihak kepolisian sudah meminta penjual agar tidak menjual masker dengan harga berlebihan," ucap Satake.

Satake menambahkan, hasil pemeriksaan ke distributor di Sumbar, memang saat ini pengiriman masker sudah tidak ada lagi ke Sumbar karena stok di pabrik di Jakarta dan Pulau Jawa lainnya sudah kosong. Satake mengingatkan distributor dan penjual agar tidak melakukan penimbunan stok atau menjual dengan harga tidak wajar karena bisa ditindak oleh kepolisian.

Siang ini, anggota Polda Sumbar dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Diskrimsus) melakukan sidak ke sejumlah apotek di sekitar Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang. Pantauan Republika ada sekitar lima apotek yang didatangi polisi. Yakni, Apotek B Bantuan Baru, Apotek Barokah Farma, Apotek Artha Medica, Apotek Kimia Farma dan Apotek Arnez de Lourdez.

Doni, pemilik Apotek Artha Medica mengatakan sudah sebulan terakhir kesulitan mendatangkan pasokan masker. Tepatnya sejak isu corona ini menyebar.

Sebulan terakhir pihaknya banyak kedatangan pembeli masker. Hari ini, di tempatnya kata Doni hanya tersisa sekitar dua kotak masker saja dan hanya bisa menjual eceran. Dan Doni hanya mau menjual maksimal lima potong kepada konsumen supaya bisa mengakomodir lebih banyak pembeli.

"Ketika permintaan di sini (Padang) belum naik seperti sekarang, banyak itu yang jual ke Batam karena wajar kan karena di sana harganya lebih tinggi. Sekarang sudah kayak sekarang, stok masker sudah habis, susah kan," ujar Doni.

Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma Tan Malaka Rez Alhadi mengatakan di tempatnya juga sudah terjadi kelangkaan masker sejak bulan lalu. Terakhir kali Kimia Farma Tan Malaka mendatangkan stok masker di awal Februari lalu. Pihaknya sudah berupaya mencoba menambah pasokan dari pusat. Tapi sampi sekarang belum mendapatkan kiriman stok masker tambahan.

"Sejak awal Februari itu sudah kosong. Ini ada beberapa kotak cuma buat kami bagikan ke karyawan," ucap Reza.

Reza menyebut pihaknya tidak pernah menjual masker dengan harga tinggi karena semua barang yang dijual di Kimia Farma dengan harga yang sudah tersistem.

Setiap pembeli menurut Reza berhak mendapatkan struk pembelian yang mencantumkan setiap harga termasuk masker.

Ketika stok masker di tempatnya masih ada, Kimia Fara menjual masker satu potongnya senilai Rp 2 ribu.

Di Apotek B Bantuan Baru, Apotek Barokah Farma, dan Apotek Artha Medica beberapa hari terakhir telah mencantumkan tulisan stok masker sedang kosong di depan toko mereka masing-masing. Tulisan tersebut mereka pasang supaya tidak terus menerus menjelaskan atau menjawab pertanyaan konsumen untuk masker.

Doni menyebut selain masker, efek virus corona juga berdampak kepada peningkatan kebutuhan hand sanitizer. Biasanya hand sanitizer menurut Doni rutin dibeli oleh pihak rumah sakit. Di mana barang yang dijual adalah hand sanitizer ukuran besar.

"Yang besar-besar ini kan biasanya yang beli orang rumah sakit. Sekarang masyarakat umum pun banyak yang beli. Kan biasanya yang dibeli masyarakat umum yang ukuran-ukuran kecil saja, itu pun langka sekarang," kata Doni menambahkan.

photo
Imbauan WHO soal penggunaan masker - (istimewa)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement