REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyiapkan dana sebesar 50 miliar dolar AS bagi negara-negara yang terkena dampak wabah virus corona. IMF juga memperingatkan bahwa wabah virus corona telah mendorong pertumbuhan ekonomi global merosot pada tahun ini.
Pekan ini, pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia telah mengambil tindakan untuk meringankan dampak virus corona terhadap perekonomian. IMF telah menyiapkan dana untuk membantu negara-negara miskin dan menengah yang memiliki kelemahan dalam sistem kesehatan.
IMF mengatakan, penyebaran wabah virus corona yang semakin masif telah memupuskan harapan untuk meningkatkan perekonomian global. Wabah virus corona akan mendorong perlambatan ekonomi global pada 2020. Namun, Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva menyatakan, IMF masih belum bisa memprediksi seberapa besar pengaruh wabah virus corona terhadap perekonomian global.
"Pertumbuhan global pada tahun 2020 akan turun di bawah level tahun lalu, tetapi seberapa jauh akan jatuh dan berapa lama dampaknya masih sulit untuk meramalkannya," ujar Georgieva, dilansir BBC.
Georgieva belum bisa memprediksi apakah krisis virus korona ini dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi. Sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) memangkas suku bunga sebagai tanggapan atas meningkatnya kekhawatiran terhadap dampak wabah virus corona. Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi kisaran 1 hingga 1,25 persen.
Selain itu, Australia dan Malaysia juga telah memangkas suku bunga sebagai respons terhadap wabah virus corona. Pada saat yang sama, para menteri keuangan dari negara-negara G7 berkomitmen untuk membuat kebijakan yang tepat dalam mengatasai dampak ekonomi dari virus corona.
Bank Dunia juga berkomitmen menggelontorkan dana sebesar 12 miliar dolar AS dalam bantuan untuk negara-negara berkembang yang terkena dampak penyebaran virus corona. Paket darurat itu termasuk pinjaman berbiaya rendah, hibah, dan bantuan teknis.
"Apa yang kami coba lakukan adalah membatasi penularan penyakit ini," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.