Sabtu 07 Mar 2020 11:27 WIB

Saudi Tahan Adik dan Keponakan Raja Salman

Adik dan keponakan raja salman ditahan atas tuduhan upaya kudeta.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Penjara
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Penjara

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Arab Saudi menahan dua anggota senior kerajaan yakni Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan adik dari Raja Salman, dan Mohammed bin Nayef yang merupakan keponakan raja. Salah satu sumber mengatakan, penangkapan itu dilakukan pada Jumat lalu.

The Wall Street Journal melaporkan penahanan kedua bangsawan kerajaan Saudi tersebut. Mereka ditahan atas dugaan upaya kudeta. Para pejabat Saudi tidak dapat dihubungi untuk dimintai keterangan pada Sabtu (7/3) pagi. Sementara, kantor media pemerintah Saudi juga tidak memberikan komentar.

Baca Juga

Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) yang merupakan penguasa de facto negara tersebut telah mengkonsolidasikan kekuasaan sejak mengusir sepupunya, Mohammed bin Nayef sebagai pewaris takhta dalam upaya kudeta pada 2017. MBS telah memicu konflik di antara keluarga kerajaan. Mereka meragukan kemampuan MBS untuk memimpin Saudi menyusul terjadinya kasus pembunuhan terhadap seorang jurnalis Jamal Khassoghi.

Para bangsawan kerajaan menilai Pangeran Ahmed sebagai pilihan utama untuk meneruskan takhta kerajaan. Dia juga mendapatkan dukungan dari beberapa kekuatan Barat. Para diplomat Barat mengatakan, keluarga kerajaan tidak mungkin menentang putra mahkota. Apalagi, Raja Salman masih hidup dan dia tidak mungkin menyerang putra kesayangannya.

Raja Salman telah mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab pemerintahan kepada putranya. Namun, raja masih memimpin rapat kabinet mingguan dan menerima tamu-tamu asing.

Pangeran Ahmed tidak terlihat sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah menghabiskan waktu 2,5 bulan di luar negeri. Dia sempat mengkritik kepemimpinan Saudi ketika menanggapi pengunjuk rasa di London dan meneriakkan kejatuhan dari dinasti Al Saud.

Pangeran Ahmed merupakan salah satu dari tiga orang di Dewan Kesetiaan yang terdiri dari anggota senior keluarga Al Saud. Mereka menentang MBS menjadi putra mahkota pada 2017. Sejak saat itu, gerakan Mohammed bin Nayef telah dibatasi dan selalu dipantau.

Penahanan dua anggota kerajaan Saudi berlangsung ketika MBS melaksanakan reformasi sosial dan ekonomi yang sangat ambisius, termasuk penawaran publik perdana oleh raksasa minyak Saudi, Aramco di lantai bursa pada Desember lalu. Selain itu, MBS juga menuai pujian karena telah melonggarkan pembatasan sosial dan membuka ekonomi. Namun, dia mendapatkan kecaman internasional atas perang yang menghancurkan Yaman, pembunuhan Jamal Khasshoggi, dan penahanan aktivis hak-hak perempuan.

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement