Selasa 10 Mar 2020 07:49 WIB

Arab Saudi Kembali Tahan Anggota Kerajaan

Penangkapan anggota keluarga Kerajaan Saudi terkait dengan dugaan kudeta.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.(Saudi Royal Court/Bandar Algaloud)
Foto: Saudi Royal Court/Bandar Algaloud
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.(Saudi Royal Court/Bandar Algaloud)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Laporan media Amerika Serikat (AS) mengatakan, satu lagi sosok penting di Kerajaan Saudi ditahan atas dugaan rencana kudeta, Ahad (8/3) waktu setempat. Dia adalah Pangeran Nayef bin Ahmed yang tidak lain adalah anak Ahmed bin Abdulaziz yang telah dilaporkan sebelumnya ditangkap.

Pangeran Nayef bin Ahmed merupakan mantan kepala intelijen militer, yang kini menjabat di Kementerian Dalam Negeri Saudi. Secara terpisah, Wall Street Journal melaporkan pada Sabtu bahwa penyisiran tokoh-tokoh Saudi diperluas ke puluhan pejabat Kementerian Dalam Negeri, perwira senior angkatan darat, dan lainnya yang dicurigai mendukung upaya kudeta.

Baca Juga

Berita itu datang sehari setelah Wall Street Journal mengutip sumber yang akrab dengan masalah itu tentang penangkapan tiga anggota senior kerajaan pada Jumat waktu setempat. Otoritas Saudi dilaporkan telah menangkap Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (adik dari Raja Salman) dan Pangeran Mohammed bin Nayef (keponakan raja dan mantan pangeran mahkota). Para penjaga juga menahan saudara laki-laki Mohammed bin Nayef.

Kendati demikian, hingga kini belum ada pernyataan resmi kerajaan tentang masalah ini. Menurut Direktur Eksekutif Pusat Arab di Washington DC, Khalil Jahshan, ada beberapa jenis desas-desus tentang ketidakharmonisan dalam keluarga kerajaan.

"Namun, itu tidak membenarkan mereka ditangkap sebagai penjahat, dengan pasukan keamanan bertopeng datang ke rumah mereka dan menarik mereka keluar dari tempat tinggal pribadi mereka," ujar Khalil Jahshan dikutip Aljazirah, Selasa (10/3).

Penangkapan saudara-saudara Raja Salman terjadi diduga sebagai akumulasi perilaku yang provokatif bagi kepemimpinan Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS). Sumber yang dekat dengan masalah ini, yang tidak ingin menyebut jati dirinya karena tidak berwenang berbicara ke media, mengatakan bahwa penangkapan ini mengirim pesan kepada siapa pun di keluarga kerajaan yang merasa kehilangan haknya, yakni, "Hentikan menggerutu dan melanggar batas karena jika Pangeran Ahmed bisa ditangkap, pangeran mana pun bisa dan akan."

Penahanan itu juga menimbulkan spekulasi tentang kesehatan Raja Salman yang kini memasuki usia 84 tahun serta apakah suksesi MBS untuk naik takhta sudah dekat atau belum. Laman Middlde East Eye mengutip sumber-sumber mengatakan bahwa penangkapan itu dimaksudkan untuk memudahkan transisi kekuasaan sehingga MBS dapat menjadi raja menjelang pertemuan G20 pada November yang akan diadakan di ibu kota Saudi, Riyadh.

"Dia ingin memastikan sementara ayahnya ada di sana, dia menjadi raja," kata satu sumber kepada situs berita daring. Sumber-sumber itu juga mengatakan bahwa MBS khawatir Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin tidak akan terpilih kembali dengan semua kandidat Demokrat menjadi pengkritik putra mahkota.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement