REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia tetap menjadikan China sebagai pasar utama komoditas perdagangan unggulan meskipun saat ini kedua negara sama-sama sedang menghadapi wabah COVID-19.
"Rakor hari ini menyepakati bahwa Tiongkok tetap jadi pasar utama bagi Indonesia dan harus ambil peluang segera setelah COVID-19 mereda," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun seusai Rapat Koordinasi dengan Ditjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Kamis (12/3).
Dalam rapat yang digelar melalui fasilitas video conference tersebut, rakor yang diikuti 150 peserta dari KBRI Beijing dan perwakilan RI di China dan Hong Kong, Kementerian Pariwisata, Kantor Bank Indonesia Perwakilan Beijing, Indonesia-China Chamber of Commerce (Inacham), dan Kadin Komite Tiongkok itu membahas beberapa peluang bisnis dan investasi.
Relaksasi kebijakan perjalanan, kemudahan logistik, ekspor produk bernilai tambah, dan strategi promosi pariwisata pascapemulihan COVID-19 juga dibahas dalam Rakor yang dibuka Direktur Asia Timur dan Pasifik Kemenlu Santo Darmosumarto.
Sebagai tindak lanjut, Rakor sepakat perlunya implementasi konkret dan sinergi antara seluruh pemangku kepentingan dalam negeri untuk mengantisipasi dinamika pasca-COVID-19. Rakor dilanjutkan dengan konsultasi antara pelaku usaha dan pemerintah daerah dengan wakil-wakil Kemenlu, KBRI Beijing, KJRI Guangzhou, KJRI Hong Kong, dan KJRI Shanghai.
Dalam kesempatan tersebut ditekankan pula perlunya Indonesia menyusun langkah-langkah strategis dan taktis dalam meningkatkan perdagangan, investasi, dan pariwisata Indonesia dengan China pada 2020."Tiongkok sebagai ekonomi terbesar kedua dunia dan mitra utama Indonesia memiliki potensi kerja sama ekonomi yang perlu terus dipelihara di tengah persaingan ekonomi dunia yang tidak menentu dan secara khusus berlangsungnya pandemik COVID-19 di berbagai belahan dunia," kata Djauhari yang merangkap Dubes RI untuk Mongolia itu.