REPUBLIKA.CO.ID,LEBAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak mengimbau masyarakat di daerah ini dapat meningkatkan kewaspadaan longsor dan pergerakan tanah. Hal ini untuk menghadapi curah ekstrem yang ditandai hujan dengan intensitas sedang dan ringan serta sambaran petir juga angin kencang.
"Kami menyampaikan peringatan imbauan itu untuk mengurangi risiko kebencanaan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi saat dihubungi di Lebak, Banten, Kamis (12/3).
Selama ini, curah hujan sangat berpotensi menimbulkan bencana longsor dan pergerakan tanah karena wilayah Kabupaten Lebak rawan bencana alam. Bahkan, curah hujan sepanjang Kamis (12/3) sejak sore hingga malam ini masih berlangsung dengan intensitas sedang dan ringan.
Cuaca buruk itu, kata dia, tentu masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan bencana alam untuk mengurangi risiko kebencanaan. Potensi bencana alam itu, karena Kabupaten Lebak memiliki topografi perbukitan, pegunungan dan aliran sungai, sehingga kerapkali terjadi banjir dan longsor.
Apalagi, mereka yang tinggal di permukiman kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) hingga ribuan kepala keluarga (KK) berpotensi terdampak bencana alam. "Kami minta warga yang tinggal di pemukiman kawasan TNGHS meningkatkan waspada longsor dan pergerakan tanah," katanya.
Menurut dia, BPBD Lebak kini menyiapkan peralatan evakuasi dan persediaan logistik untuk mengantisipasi terjadi bencana alam agar tidak menimbulkan korban jiwa. Persediaan logistik itu bisa mencukupi untuk kebutuhan selama enam bulan ke depan.
BPBD Lebak juga menjalin koordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas PUPR, PLN, Polri, TNI, Distanben, Dinas Kesehatan juga relawan PMI, Tanggana dan Lembaga Kemanusian. Sebab, koordinasi itu dapat diapresiasi pascabanjir bandang dan longsor yang bergerak cepat untuk menyalurkan bantuan logistik juga penyelamatan warga yang terdampak bencana alam tersebut.
"Kami sekarang selalu siaga selama 24 jam dan membuka Posko Utama di BPBD karena curah hujan hingga akhir Maret 2020 berdasarkan laporan BMKG," katanya.