Jumat 13 Mar 2020 16:03 WIB

Warga China Jadi Hobi Memasak Sejak Wabah Virus Corona

Penutupan kota dan restoran tutup membuat warga memasak sendiri makanannya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
(Ilustrasi) Petugas kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China. (The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando)
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas kesehatan di Rumah Sakit Pusat Wuhan merawat pasien yang diduga terpapar virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China. (The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Zhang Xuesi terlihat sedang menyesuaikan nyala api di atas kompor masaknya. Mengenakan celemek dengan spatula di tangan, dia membalikkan masakan untuk hidangan udang gaya Kanton yang dilapisi dengan remah roti.

"Hidangan ini bisa rusak jika remah rotinya gosong," kata Zhang ke kamera di telepon genggamnya. Dia memberikan tips memasak ke ratusan penonton streaming langsung untuk menjaga api tetap kecil.

Baca Juga

Terjebak di rumah karena keputusan Pemerintah China menutup kota untuk mengendalikan penyebaran virus corona, jutaan orang menemukan minat tidak terduga dalam memasak. Hobi tersebut muncul ketika banyak restoran ditutup secara nasional.

Banyak warga China akhirnya berbondong-bondong menonton siaran memasak reguler dari koki seperti Zhang. Mereka belajar cara membuat masakan China dan Barat, sehingga meningkatkan penjualan peralatan memanggang, membakar, bahkan pengocok telur, pada platform e-commerce JD.com dan Pinduoduo.

Zhang yang bekerja untuk produser memasak video daring di DayDayCook mengatakan, pengguna barunya naik tiga kali lipat dibandingkan Januari. Resep cara memasak tahu dan udang, menjadi tontonan terbanyak selama rentang waktu virus corona menyebar di China.

"Kami tidak pernah mendapatkan pengguna baru dengan kecepatan seperti itu sejak kami meluncurkan layanan pada 2012," kata pendiri dan CEO DayDayCook, Norma Chu.

Ketertarikan memasak ketika virus corona menyebar di daratan China diperkuat dengan data perusahaan riset Sensor Tower. Laporan itu menunjukkan, di lima aplikasi resep teratas unduhan resep lebih dari dua kali lipat pada bulan Februari. Contoh saja di Xiachufang, pada Februari mengalami unduhan 2,25 juta dari hanya 1 juta di Januari.

Selain itu, perusahaan streaming video China Billibilli pun menyatakan, sejak virus corona ditemukan pada Desember tahun lalu di Wuhan, konten memasak sudah naik. Konten terkait makanan dan memasak menarik lebih dari 580 juta tampilan di platformnya.

Banyak juru masak rumah baru merupakan orang-orang muda yang tinggal di kota-kota, kata para eksekutif industri. Hal itu menandai perubahan dalam kebiasaan untuk kelompok yang telah terbiasa makan di luar secara teratur, yang murah di China, atau mengandalkan pengiriman makanan cepat dan mudah.

Wu Shuang, pekerja untuk sebuah perusahaan internet di Beijing mengatakan, menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah pada Februari. Ia habiskan waktunya dengan belajar membuat roti dan mi beras China dengan bantuan video daring.

Selain menonton acara memasak, pria berusia 30 tahun ini pun membaca komentar pengguna lain untuk belajar dari kesalahan mereka. Dari sekian banyak tahap memasak, hanya bagian mencuci peralatan memasak yang membuatnya kewalahan.

Memasak pun menjadi sarana orang-orang untuk berkomunikasi. Zhang menyatakan, banyak penontonnya yang akhirnya membahas banyak hal di luar memasak. "Di masa lalu, pengguna hanya tertarik mempelajari trik memasak, tapi sekarang kami berbicara tentang semua jenis subjek," ujar Zhang.

Laporan terbaru menyatakan, saat ini China terus mengalami penurunan jumlah kasus virus korona. Dikutip dari worldometers, total infeksi mencapai 80.814 kasus dengan kasus baru 21 pada Jumat (13/3). Sedangkan, jumlah meninggal dunia mencapai 3.177 dengan kematian baru delapan orang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement