Sabtu 14 Mar 2020 12:55 WIB

Muhammadiyah tak Keluarkan Imbauan Larangan Shalat Berjamaah

Muhammadiyah tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid.

Shalat berjamaah. Muhammadiyah tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Shalat berjamaah. Muhammadiyah tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, seiring adanya wabah penyakit akibat infeksi virus corona, Covid-19, pihaknya tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid/mushola. Sebaliknya, orang yang sakit diserukan agar memiliki kesadaran untuk berupaya tidak menulari orang lain.

"Saya rasa tidak perlu begitu. Yang merasa dirinya sakit mengantisipasi saja," kata Mu'ti di Jakarta, Sabtu, saat ditanya ada tidaknya imbauan Muhammadiyah agar masyarakat tidak shalat jamaah di masjid saat sakit.

Baca Juga

Mu'ti menyarankan. jamaah yang sedang tidak dalam kondisi bugar terutama karena gejala flu, batuk, atau demam untuk menggunakan masker ketika ke masjid atau mushola. Bagi yang merasa kurang sehat, sebaiknya tidak takut memeriksakan diri ke dokter.

Mu'ti menyerukan agar warga Muhammadiyah tidak berhenti ke masjid. Mereka yang sehat diminta menjaga kebugaran dengan meminum vitamin atau melakukan tindakan preventif lainnya agar tetap sehat sehingga tidak mudah terjangkiti penyakit.

"Solusinya jangan tidak ke masjid. Nanti semua orang tidak beribadah semua. Kan kita tidak tahu kapan wabah ini akan selesai," katanya.

Mu'ti mengatakan, jamaah harus memiliki kesadaran sendiri tanpa harus dilarang ke masjid. Intinya adalah jamaah jika memiliki penyakit maka harus berupaya agar virusnya tidak menular kepada orang lain, salah satunya dengan menggunakan alat pelindung.

Sekum PP Muhammadiyah ini mengatakan, penting bagi masyarakat untuk tidak ketakutan berlebihan terhadap virus corona. Ia tak ingin adanya wabah Covid-19 sampai membuat masyarakat enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

"Ada pemahaman di masyarakat yang tertular virus corona itu mati, tidak begitu," kata Mu'ti.

Lebih lanjut, Mu'ti mengatakan bahwa pemahaman keliru mengenai Covid-19 harus diluruskan. Penyakit tersebut bisa disembuhkan, terlebih jika mendapatkan penanganan medis tepat sejak dini.

"Ini penting dipahami karena ada ketakutan bahwa terinfeksi corona kemudian meninggal," kata Mu'ti.

Hal terpenting, menurut Mu'ti, masyarakat tetap menjaga kebersihan dan kesehatan. Di samping itu, masyarakat perlu saling menguatkan sehingga tumbuh optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari di tengah wabah corona di berbagai belahan dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement