REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Netty Prasetiyani menilai, pembentukan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 oleh Presiden, sedikit terlambat. Kendati demikian, dia menganggap, tindakan tersebut sudah sangat tepat untuk dilakukan.
"Gugus tugas harus bekerja progressif, fokus, memiliki indikator kerja dan time line yang jelas. Harus langsung kerja ya, lakukan terobosan, dan jangan sampai terjebak pada urusan administrasi atau birokrasi," ujar Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/3).
Dikatakan Netty, sejak awal dia sudah menggesa pemerintah melalui Kemenkes RI untuk tidak lamban dalam penanganan. Tapi implikasinya sudah kemana-mana. Kepanikan menyebar di masyarakat sampai pada panic buying akibat kurangnya informasi yang tepat. Rumor dan hoaks bertebaran.
"Bahkan muncul pemain masker yang mengambil kesempatan dengan mencari keuntungan pribadi. Mengapa WHO sampai secara khusus menyurati Indonesia agar menerapkan darurat nasional," sesalnya.
Netty meminta transparansi dari pemerintah tentang daerah sebaran Covid-19 agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam melakukan antisipasi. Dia juga meminta dipetakan dengan jelas dan menginformasikan pada masyarakat agar tidak terjadi kepanikan. Daerah yang menjadi entry point warga negara asing seperti Kuala Namu, Menado, Bali, dan daerah lainnya, harus mendapat perhatian khusus.
"Jika diprediksi makin meningkat, kondisi ini dapat dijadikan dasar untuk dilakukan lock down sebagai langkah pencegahan penyebaran lebih luas," tegasnya.
Oleh karena itu, Netty meminta, agar ada pembatasan mobilitas penduduk dari dan ke kota dengan pasien positif Covid-19. Juga menunda semua event yang melibatkan banyak orang serta terapkan remote working dan sekolah off line.
Terkait penanganan orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dengan pengawasan (PDP), Netty agak menyesalkan bahwa proses pengetesan spesimen pada PDP masih harus dilakukan di Balitbangkes, Jakarta. "Bagaimana keamanannya selama dibawa? Apakah Kemenkes tidak mampu menyiapkan laboratorium di setiap kota-kota besar?," tanya Netty.
Maka dengan demikian, Netty berharap, gerakan pencegahan tangkal Covid-19 harus melibatkan masyarakat secara masif. Manfaatkan waktu jelang Ramadhan ini sebagai momentum untuk mengokohkan kesadaran hidup bersih dan sehat dengan mendekatkan diri pada Allah SWT, gotong royong dan saling kasih sayang.
"Tangkal Covid-19 dengan cara salam isyarat di dada, cuci tangan dengan air dan sabun, penyediaan hand sanitizer, pengukuran suhu tubuh, etika batuk dan bersin, serta penggunaan masker di tempat-tempat publik bagi yang sakit. Sebaiknya ini menjadi gerakan bersama semua elemen masyarakat," tandasnya.