REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Nama aslinya Sakhr bin Harb bin Umayyah. Namun, ia juga dikenal dengan panggilannya Abu Sufyan bin Harb. Awalnya, ia adalah salah seorang pemimpin utama Bani Quraisy di Makkah yang sangat menentang Nabi Muhammad SAW. Namun, di kemudian hari, ia memeluk agama Islam dan menjadi pembela Rasulullah. Keturunan Abu Sufyan kemudian mendirikan Dinasti Umayyah yang memerintah dunia Islam antara tahun 661–750.
Abu Sufyan adalah kepala suku Bani Abdu Syams, salah satu dari cabang suku Quraisy. Ia adalah salah satu pemimpin utama Quraisy dari keturunan Bani Abdul Manaf dan termasuk bangsawan terpandang di Makkah. Sebelum memeluk Islam, Abu Sufyan melihat Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin sebagai ancaman terhadap tatanan sosial Makkah. Ia pun melihat Muhammad sebagai orang yang haus kekuasaan politik dan akan mema lingkan masyarakat Makkah dari dewadewa Quraisy.
Tanggal dan tempat lahirnya tidak tercatat dalam kitab-kitab sejarah awal Islam. Ada yang berpendapat, ia sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad SAW. Namun, menurut pendapat lain, seperti Izzaddin bin al-Asir Abu Hasan Ali bin Muhammad al- Jaziri (555-630 H), seorang penulis buku tentang para sahabat, ia lahir 10 tahun sebelum Tahun Gajah, yaitu tahun penyerbuan pasukan Abrahah ke Kota Makkah.
Seperti tertulis dalam Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Abu Sufyan diberi gelar Abu Hanzalah karena putranya yang tertua bernama Hanzalah. Putranya yang lain yang bernama Muawiyah menjadi khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah.
Abu Hanzalah juga dikenal sebagai pedagang besar yang bersama orang Quraisy lainya memberi modal kepada pedagangpedagang yang berniaga ke Negeri Syam (Suriah) dan negeri-negeri lain di luar Semenanjung Arabia. Bahkan, beberapa kali ia sendiri yang memimpin kafilah-kafilah dagang. Ia bersama Utbah bin Rabi’ah dan Abu Jahal adalah tiga tokoh yang dipandang memiliki gagasan-gagasan yang cemerlang di kalangan kaum Quraisy pada zaman jahiliah. Ia merasa benci dan melancarkan permusuhan kepada dakwah Islamiah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.
Kala itu, ia memusuhi Rasulullah dan menyuruh penyair-penyair untuk mengubah syair-syair berisi penghinaan kepada beliau. Sekalipun demikian, ia pernah secara sembunyi-sembunyi mendengarkan bacaan Alquran dari Nabi Muhammad SAW yang sedang shalat malam dan mengakui adanya daya tarik serta pesona dari Alquran.
Pada tahun kedua Hijriah, Abu Hanzalah membawa kafilah dagang besar menuju Syam. Dalam kafilah itu terdapat saham sebagian besar penduduk Makkah yang jumlahnya sekitar 50 ribu dinar. Sekembalinya dari Syam, mereka diadang oleh pasukan Islam. Abu Hanzalah segera mengutus seseorang untuk memberi tahu tokoh-tokoh Quraisy di Makkah dan memohon bala bantuan.