Rabu 18 Mar 2020 11:17 WIB

Ini Alasan Pemerintah Belum Terapkan Lockdown

Banyak warga yang bekerja mengandalkan upah harian.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) bersiap melakukan penyemprotan cairan disinfektan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa (17/3/2020). PMI melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat seperti pasar, perkantoran, terminal dan tempat ibadah tersebut untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz(ANTARA FOTO)
Foto: ANTARA FOTO
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) bersiap melakukan penyemprotan cairan disinfektan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa (17/3/2020). PMI melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat seperti pasar, perkantoran, terminal dan tempat ibadah tersebut untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nz(ANTARA FOTO)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memiliki beberapa pertimbangan mengapa belum menetapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) menyusul meluasnya virus novel corona (Covid-19). Salah satunya, dampak ekonomi.

"Lockdown belum diambil pemerintah karena membatasi wilayah dan memiliiki implikasi bidang ekonomi, sosial, hingga keamanan. Jadi opsi ini belum bisa diambil," ujar Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat video conference yang ditayangkan melalui akun Youtube saluran BNPB, Rabu (18/3).

Baca Juga

Ia menyontohkan, banyak masyarakat di Tanah Air yang bekerja mengandalkan upah harian. Jika lockdown dilakukan maka kebijakan ini bisa mengancam aktivitas ekonomi mereka dan akhirnya berdampak pada ekonomi yang lebih luas. 

Hal inilah yang jadi perhatian pemerintah sehingga lockdown tidak diterapkan dan aktivitas ekonomi tetap berjalan. Karena itu, ia menegaskan pemerintah memutuskan menerapkan kebijakan social distancing atau menjaga jarak secara sosial dan hindari kontak. 

"Makanya kita harus melakukan social distancing atau menjaga jarak, yaitu lima langkah. Selama menjaga jarak kontak bisa dilakukan dengan baik,  memutus kontaknya, virus ini tidak bisa menyebar," katanya.

Ia mengimbau masyarakat benar-benar mematuhinya dan beraktivitas di rumah. Misalnya, belajar di rumah untuk menghindari kontak erat. Jika tetap memaksa menempuh ilmu di sekolah atau kampus maka ini menjadi risiko karena jarak antara satu orang dengan orang lain berdekatan.

Tak hanya itu, ia juga meminta masyarakat menjaga daya tahan tubuhnya. Sebab, ia menjelaskan, penyakit ini bisa dilawan dengan daya tahan tubuh atau imun manusia. Kalau tubuh sehat maka virus ini dilawan antibodi yang sudah ada di tubuhnya. 

Ia juga meyakini upaya-upaya ini lebih efektif karena jumlah masyarakat Indonesia lebih banyak yang sehat dibandingkan yang terinfeksi virus itu. Ia menyebutkan kini jumlah penduduk Indonesia hampir 270 jita berbanding 172 yang positif terinfeksi Covid-19 dan tujuh jiwa yang meninggal tentu lebih banyak yang sehat. 

Kendati demikian, ia tidak memungkiri virus ini bisa berisiko pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah atau riwayat penyakit penyerta lainnya. "Karena itu kalau ada yang sakit, orang terinfeksi virus ini akan ditangani tenaga medis di berbagai fasilitas kesehatan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement