Kamis 19 Mar 2020 09:12 WIB

Dradjad: Cegah Wabah Corona Dulu, Ekonomi Menyusul

Ketika wabah sudah meluas, aktifitas ekonomi juga susah diselamatkan.

Lockdown corona(republika)
Foto: republika
Lockdown corona(republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat ekonomi INDEF Dradjad WIbowo menyarankan pemerintah lebih mendahulukan mencegah dan menanggulangi wabah corona lebih dulu. Jargon ekonomi diselesaikan berikutnya.

"Bagi saya yang lebih penting adalah bagaimana Indonesia mampu mencegah dan menanggulangi pandemi virus korona ini,” kata Dradjad, kepada republika.co.id, Kamis (19/3).

Dradjad berharap pemerintah lebih memprioritaskan pencegahan penyebaran SARS-CoV-2 supaya Indonesia terhindar dari wabah Covid-19. SARS-CoV-2 adalah nama virusnya, sementara COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkannya.

Persoalan mencegah, menurut Dradjad, harus lebih diprioritaskan dari jargon “menyelamatkan ekonomi”. “Melihat pengalaman China, Iran dan Italia, ketika wabah sudah meluas, aktifitas ekonomi apa yang bisa diselamatkan?” ungkap Dradjad. 

Ketika satu negara, wilayah atau kota harus dikarantina total (lockdown), menurut dia, kegiatan bisnis dan ekonomi otomatis berhenti hampir total. Orang lebih fokus pada penanggulangan penyakit. Jadi pemerintah perlu memilih prioritas yang benar.

Pencegahan penyebaran, lanjut Dradjad, menjadi amat sangat krusial mengingat terbatasnya kapasitas pelayanan kesehatan (yankes) oleh rumah sakit dan puskesmas di Indonesia.

Terkait stimulus ekonomi, menurut Dradjad, stimulus itu penting, tapi jika wabah terjadi, dia akan seperti kertas yang habis terbakar api. Jadi dana APBN yang terbatas sebaiknya direalokasikan untuk meningkatkan kapasitas RS dan Puskesmas menghadapi risiko wabah Covid-19.

Dana yang ada tersebut, kata Dradjad, harus dipakai untuk menyediakan sebanyak mungkin test kits cepat. Test kits yang dibuat di Singapura bisa memberikan hasil akurat dalam 3 jam. Ini jauh lebih cepat dari yang biasanya 7 jam. "Di Indonesia, hasil tes baru diketahui paling cepat 3 hari,” ungkapnya.

Tes yang lambat jelas mempersulit pemotongan jalur penyebaran virus. Karena, membuat lambat dalam memisahkan orang yang terinfeksi dari yang sehat. Tes yang cepat dan masif, menurut Dradjad, menjadi salah satu faktor keberhasilan Korsel menekan wabah.

Selain itu, menurut Dradjad, dana APBN juga perlu dialokasikan untuk APD bagi dokter dan tenaga medis lainnya. Mereka komandan dan prajurit di garis terdepan. "Masak sebagian mereka hanya memakai jas hujan? Jumlah ruang isolasi juga harus cepat ditambah. Tidak etis bagi saya menyebutkan jumlahnya sekarang. Yang penting: cepat ditambah. Termasuk bagi RSUD di kabupaten yang jauh dari kota besar,” ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement