Kamis 19 Mar 2020 17:52 WIB

Gula Pasir Masih Langka di Bandung

Stok gula pasir di Bandung nyaris tidak ada

Rep: Djoko Suceno/ Red: Esthi Maharani
Pekerja mengemas gula pasir ke dalam plastik
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Pekerja mengemas gula pasir ke dalam plastik

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hampir sebulan lebih masyarakat Kota Bandung kesulitan mendapatkan gula pasir. Di sejumlah minimarket, pasar swalayan, hingga kios-kios di pasar tradisonal, stok gula pasir nyaris tidak ada.

‘’Sudah keliling kemana-mana tidak dapat. Padahal saya hanya butuh untuk harian saja, maksimal dua kilogram,’’ kata Ny Isnawati (35 tahun) warga Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, kepada Republika.co.id, Kamis (19/3).

Ibu dua anak ini mengaku sejak dua hari lalu mencoba berkeliling mini market atau pasar swalayan. Ia mengaku membutuhkan gula tersebut untuk mengolah makanan dan membuat minuman untuk keluarganya. Karena tak menemukan gula putih, ia pun pasrah dan mencoba membujuk kedua anaknya untuk tak mengonsumsi teh manis atau minuman bergula.

‘’Terpaksa saya  bujuk anak-anak agar tak minum yang manis-manis. Terakhir saya beli seminggu lalu Rp 18 ribu per kilo,’’ ujar ibu rumah tangga ini.

Pengakuan yang sama juga diungkapkan Udin (30) warga Jatihandap, Kota Bandung. Ia yang merupakan karyawan sebuah toko kue di kawasan Jl A Yani, Kota Bandung, kesulitan mendapatkan gula pasir sebagai bahan baku untuk membuat kue.

‘’Sudah berkeliling ke grosir-grosir tapi tak ada. Kosong sudah beberapa pekan lalu,’’ kata dia.

Sebulan lalu, Udin masih bisa membeli gula pasir satu karung dengan berat 50 kilogram. Harga satu karung gula pasir itu Rp 550 ribu. Namun sejak beberapa pekan terakhir ini, kata dia, gula pasir karungan sudah tidak ada. Kalaupun ada harganya meroket hingga Rp 850 ribu per karung.

‘’Kalau barangnya ada masih mendingan. Ini barang tidak ada harga selangit,’’ ujar dia.

Untuk memenuhi kebutuhan produksi kuenya, Udin terpaksa membeli dengan cara eceran dengan harga Rp 17.500 per kilogramnya. Ia mengaku konsumsi hula putih menurun drastis seiring wabah corona. Konsumen kue kini menurun hingga lebih dari 50 persen. Karena itu ia pun menunrunkan produksi kuenya hingga setengahnya.

‘’Yang beli sudah menurun drastis. Pembeli yang datang ke toko juga bisa dihitung dengan jari,’’ kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement