REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gejala positif infeksi virus corona tipe baru memang hampir mirip dengan selesma, seperti pilek, demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Bedanya, orang yang didiagnosis positif Covid-19 kondisinya dapat memburuk hingga mengidap pneumonia.
Peneliti dari Lembaga Biologi Molekuler Eijikman, Prof Herawati Sudoyo, mengatakan bahwa bagi mereka yang tidak ada gejala, belum bisa dipastikan apakah bisa sembuh total. Tanpa gejala, sembuh, dan tidak tahu kalau dirinya terinfeksi, tidak bisa dipastikan paru-parunya akan sembuh total.
“Kita belum tahu karena ini cepat sekali dan masih dalam penelitian,” kata Hera dalam live Instagram dengan Dimas Beck, Ahad (22/3).
Hera menjelaskan, kalau orang tidak merasakan gejala, kemungkinan paparan virusnya sedikit. Di samping itu, imunitas orang tersebut kuat sekali.
Lalu, kapan waktu yang pas untuk periksa ketika ada gejala? Menurut Hera, andaikan tidak ada gejala selain selesma, penderitanya cukup di rumah dan melihat perkembangannya.
"Yang penting jangan ada demam dan batuk kering yang kian parah," kata Hera yang merupakan dokter, peneliti, dan penganalisis DNA forensik.
Andaikan orang tersebut selama 14 hari mengarantina diri secara mandiri di rumah tidak merasakan gejala, menurut Hera, bisa disimpulkan orang tersebut tidak terinfeksi. Kalaupun orang itu memiliki gejala dan ingin memeriksakan diri ke dokter, obat untuk menghilangkan gejala akan diberikan.
"Tetapi, jika timbul gejala setelah berada dalam kerumunan orang banyak, sebaiknya langsung ke dokter saja,” kata Hera.
Menyusul makin meningkatnya kasus positif Covid-19, Hera mengatakan, akan menjadi bijaksana bagi yang tidak terdeteksi infeksi virus corona untuk tidak merayakannya dengan pergi ke tempat ramai sesudah 14 hari masa karantina. Ia merekomendasikan agar masyarakat tetap menjauhi kerumunan.
"Social distancing tetap diperlukan karena itu pernah berhasil sebelumnya,” kata dia.
Bagaimana dengan mereka yang positif Covid-19? Hera mengatakan, sebagian ada yang jatuh ke situasi buruk.
"Ada juga yang sembuh," katanya.
Saat ini banyak sekali anjuran pencegahan virus corona dengan asupan makanan, bahkan dengan berjemur di bawah matahari pagi. Hera menyebut, makanan menyehatkan yang memiliki antioksidan itu memang bagus dan jelas dapat meningkatkan ketahanan tubuh.
“Tetapi, kalau berjemur di bawah matahari pagi apakah virus bisa hilang? Kita belum tahu. Apakah ultravioletnya bisa hilangkan virus? Itu belum tahu,” ucap Hera.
Kasus virus corona kian bertambah setiap harinya di Indonesia. Kini sudah terkonfirmasi ada 514 kasus positif virus yang berasal dari Wuhan, China, ini. Sejumlah tindakan pencegahan pun sudah sering digaungkan pemerintah maupun pihak berwenang, seperti cuci tangan selama 20 detik, social distancing, hingga kebijakan kerja dari rumah.