Senin 23 Mar 2020 06:59 WIB

WHO: Lockdown Tidak Cukup untuk Kalahkan Covid-19

Saat ini Eropa telah menggantikan Asia sebagai pusat pandemi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Seorang perwira yang bekerja di Pusat Operasi Perlindungan Sipil Wilayah Campania selama penguncian darurat coronavirus, di Naples, Italia, (20/3/2020).(EPA-EFE/CESARE ABBATE)
Foto: EPA-EFE/CESARE ABBATE
Seorang perwira yang bekerja di Pusat Operasi Perlindungan Sipil Wilayah Campania selama penguncian darurat coronavirus, di Naples, Italia, (20/3/2020).(EPA-EFE/CESARE ABBATE)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, karantina wilayah yang dilakukan oleh banyak negara tidak dapat dengan mudah mengalahkan virus corona. Langkah-langkah kesehatan masyarakat diperlukan untuk menghindari kebangkitan virus pada kemudian hari.

"Yang benar-benar perlu kita fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka, dan mengisolasi mereka," kata pakar darurat WHO, Mike Ryan, dilansir di BBC, Ahad (22/3).

"Jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, ketika pembatasan gerakan dan penguncian itu dicabut, bahayanya penyakit ini akan muncul kembali," kata Ryan.

Sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat mengikuti China dan negara-negara Asia lainnya dengan melakukan pembatasan drastis untuk memerangi virus corona Covid-19. Upaya yang dilakukan adalah sebagian besar pekerja disuruh bekerja dari rumah. Selain itu, sekolah, bar, pub, dan restoran pun ditutup.

Ryan mengatakan bahwa contoh-contoh dari China, Singapura, dan Korea Selatan, yang ditambah pembatasan dengan langkah-langkah keras untuk menguji setiap kemungkinan terduga (suspect), memberikan model untuk Eropa. Saat ini, menurut WHO, Eropa telah menggantikan Asia sebagai pusat pandemi.

"Setelah kami menekan transmisi, kami harus mencari virusnya. Kita harus berjuang melawan virus," kata Ryan.

Italia sekarang menjadi negara yang paling parah terkena virus di dunia. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah memperingatkan bahwa sistem kesehatan Inggris bisa kewalahan kecuali orang menghindari interaksi sosial. Menteri Perumahan Inggris Robert Jenrick mengatakan bahwa produksi tes akan berlipat ganda pekan depan dan meningkat setelahnya.

Ryan juga mengatakan bahwa beberapa vaksin sedang dikembangkan, tetapi hanya satu yang memulai uji coba di Ameria Serikat. Ditanya berapa lama sebelum tersedia vaksin di Inggris, dia mengatakan bahwa orang-orang perlu realistis.

"Kita harus memastikan bahwa itu benar-benar aman. Kita berbicara setidaknya satu tahun," katanya.

Ryan mengatakan, vaksin akan datang, tetapi orang-orang harus keluar dan melakukan apa yang perlu dilakukan sekarang. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement