Rabu 25 Mar 2020 12:49 WIB

Usaha Kecil di Afrika Berinovasi Buat Sanitizer dan Masker

Virus corona telah menewaskan 39 orang di Afrika dengan 1.00 kasus infeksi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Hand sanitizer (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Elaine Thompson
Hand sanitizer (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CAPETOWN -- Ketika kepanikan kelangkaan sanitizer untuk mencegah penularan virus corona merebak di Cape Town, pembuat minuman keras Andre Pienaar sadar ada hal yang dapat dilakukan dengan sisa alkohol yang ia miliki.

Ia memiliki 140 liter ethanol 70 persen yang tidak digunakan. Pienaar pun mengunggah bahan kimia yang disebut 'gin heads' itu di media sosial. Ia mengatakan semua orang yang membutuhkan dapat memilikinya dengan gratis untuk mencuci tangan di rumah.

Baca Juga

"Responnya gila, baru tiga jam dan dibatasi satu liter per orang," kata Pienaar, Selasa (24/3).

Kini ia mulai menjual ethanol yang masih diproduksi Pienaar and Son Distilling Company. Pienaar mengatakan saat ini rak-rak di supermarket hanya berisi sabun.

"Ini hanya opsi lain untuk membantu masyarakat," kata Pienaar.

Kekurangan sanitizer dan masker medis dapat menjadi kesempatan bagi para pengusaha kecil di seluruh Afrika. Para pengusaha di negara-negara Afrika berusaha menutupi kekurangan tersebut.

Para ilmuwan amatir di Nigeria dan Kenya membuat sendiri sabun cuci tangan sementara penjahit di Rwanda membuat masker dari kain. Pejabat kesehatan sudah memperingatkan mengenakan masker di publik tidak akan melindungi diri dari virus.

Mereka juga sudah menegaskan sanitizer hanya efektif bila memiliki kandungan alkohol 60 persen. Pejabat kesehatan mengatakan sabun serta air lebih efektif menghilangkan virus.

Namun, peringatan itu tidak menghentikan konsumen menyerbu penjahit Alexander Nshimiyimana yang berada di pasar Kigali. Ia menggunakan kitenge, kain lokal dengan motif yang rumit. Karena itu masker buatan Nshimiyimana tidak hanya lebih murah dari pada masker standar rumah sakit. Tapi bentuknya juga lebih cantik.

"Ini kesempatan bagi beberapa orang untuk mendapatkan uang, ini juga kesempatan untuk berinovasi," kata Nshimiyimana.

Afrika yang memiliki 1,3 miliar populasi baru melaporkan sekitar 1.000 kasus virus corona yang kini dikenal Covid-19. Benua dengan 43 negara itu juga baru melaporkan 39 kematian akibat virus tersebut.

Angkanya cukup rendah bila dibandingkan dengan kasus di seluruh dunia yang sudah mencapai 392.780 kasus dan 17.159 kematian. Tapi buruknya infrastruktur kesehatan di benua dikhawatirkan dapat memicu virus semakin menyebar.  

"Masker tidak akan melindungi Anda dari penularan, tapi akan melindungi orang lain bila Anda memiliki gejala, jadi dengan hormat begitu pula dengan selembar kain," kata juru bicara Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Afrika James Ayodele.

Ayodel mengatakan CDC juga tidak menyarankan untuk membuat sanitizer di rumah karena konsentrasi alkohol yang diperlukan dapat berbahaya.

Tapi kepala pusat perdagangan di Lagos, Moji Kusanu memutuskan untuk merespons naiknya harga sanitizer dari 200 naira menjadi 1.700 naira per botol. Ia membagikan resep sanitizer di internet dengan mencampurkan alkohol dengan lidah buaya serta ditambahkan gliserin.  

"Terkadang, ketika Anda keluar Anda tidak dapat mencuci tangan, sanitizer bisa membuat perbedaan," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement