REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) melalui konsorsium Covid-19 akan mengembangkan vaksin virus corona dalam waktu kurang lebih 12 bulan. Konsorsium Covid-19 merupakan tim yang akan fokus pada penanganan pandemi virus corona.
"Selain itu tentunya dengan terlibat dalam pengujian sampel kita harapkan dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Kita coba untuk mengembangkan vaksin untuk Covid-19," kata Menristek Bambang Brodjonegoro pada konferensi video bersama awak media di Jakarta, Kamis (26/3).
Dia menuturkan, waktu 12 bulan untuk pengembangan vaksin terbilang cukup cepat. Namun, kata Bambang, akan diupayakan berbagai cara jika sekiranya dapat dikembangkan dalam jangka waktu yang lebih pendek.
Kemenristek juga membuka kemungkinan untuk bekerja sama dengan pihak luar negeri yang juga ingin atau sedang mengembangkan vaksin Covid-19 dalam rangka percepatan pengembangan vaksin itu.
"Secepat dan seakurat mungkin kita bisa menciptakan vaksin untuk penanganan Covid-19," ujar Menristek Bambang.
Meskipun jika ada pihak luar negeri yang berhasil memproduksi vaksin, bukan berarti Indonesia tidak menciptakan vaksin itu. Menurut Bambang, Indonesia sendiri harus mempunyai kemampuan untuk memproduksi vaksin tersebut karena vaksin Covid-19 dibutuhkan semua penduduk Indonesia. Selain itu, dunia juga membutuhkan vaksin itu.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan, pihaknya sedang mendiskusikan pengembangan vaksin dengan para peneliti dan PT Bio Farma.
"Kami merencanakan akan membuat satu vaksin mengingat waktunya yang cukup pendek dan dikaitkan dengan feasibility-nya (kelayakannya), dan diharapkan bisa membangkitkan respon imun yang sangat baik," tutur Amin.
Pihaknya berharap, vaksin yang dikembangkan itu bisa melindungi masyarakat Indonesia dari infeksi virus corona yang berikutnya. Sebab, kata dia, hingga saat ini sudah ada tiga jenis virus corona yang menyerang yakni Middle East Respiratory Syndrome-Related Coronavirus (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV), dan Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Lembaga Eijkman membutuhkan ahli dari berbagai bidang di antaranya imunologi, vaksinologi, virologi, percobaan pada hewan, dan kloning molekuler, dan mengajak ahli-ahli di bidang tersebut untuk bergabung di Konsorsium Covid-19.